Jurusan Manajemen dan Bisnis

Permanent URI for this communityhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1745

Browse

Search Results

Now showing 1 - 10 of 15
  • Item
    Analisis Fishbone Pada Proses Permintaan Persediaan Bahan Baku
    (2024-07-01) Asmira, Emilda; Arniati
    Dalam upaya meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas produk , analisis fishbone dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab keterlambatan dalam proses permintaan persediaan bahan baku di dapartemen. Hasil analisis menunjukkan beberapa penyebab utama: 1. Manusia Kesalahan pencatatan permintaan dan Kurangnya pelatihan karyawan. 2. Metode Proses permintaan yang kurang efisien dan Sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tidak maksimal. 3. Material Ketersediaan bahan baku yang tidak memadai. Untuk mengatasi masalah-masalah ini,perlu melakukan pelatihan karyawan tentang komunikasi efektif dan proses pencatatan permintaan yang akurat, serta mengoptimalkan sisten pengendalian persediaan dengan metode safety stock dan EOQ. Selain itu, perusahaan harus memastikan ketersediaan bahan baku yang memadai melalui koordinasi dengan daprtemen store dan mencari alternatif supplier untuk mengatasi terjadinya ketidak tersedianya komponen
  • Item
    Analysis of Factors Causing Production Defects using the Six Sigma Method and Statistical Process Control in PT Daiho Indonesia
    (2024-08-02) Ayuni, Fitri;
    The problem that often occurs in manufacturing companies in Indonesia is product defects. To achieve high-quality standards and meet standards, it is necessary to identify problems that cause defects in a product so that appropriate solutions or actions can be found to overcome these problems. This research is used to analyze production defect factors and how to resolve them using Six Sigma, which consists of the Define, Measure, Analyze, Improve, Control process, which can make it easier to solve problems and determine the sigma level before and after taking corrective action. In this research, researchers also used Statistical Process Control Tools (SPC), which were used to control, analyze, manage, and make improvements. Based on the results of the analysis, production defects are caused by human factors, materials, methods, machines, and molds. The results of research using the Six Sigma method and Statistical Process Control Tools (SPC) can increase the sigma value to 4.68 (5-sigma) and reduce the percentage of defects by 0.47%.
  • Item
    Analisis Perbandingan Metode Economic Order Quantity (EOQ), Periodic Order Quantity (POQ), dan Min-Max dalam Pengendalian Persediaan Semen di CV XYZ
    (Politeknik Negeri Batam, 2024) Lumbantobing, Martha Olga Octaviani; Hidayat, Rahmat
    Pengendalian persediaan menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi CV XYZ. CV XYZ merupakan sebuah usaha atau bisnis retail yang bergerak dalam penjualan alat dan bahan bangunan. Hingga saat ini, CV XYZ belum menerapkan metode pengendalian persediaan yang terstruktur sehingga kelebihan pembelian semen yang mengakibatkan biaya simpan tinggi serta kekurangan stok yang menyebabkan ketidakpuasan pelanggan dan potensi penurunan penjualan sering terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi metode yang paling sesuai dan optimal untuk diterapkan di CV XYZ guna mengoptimalkan pengendalian persediaan dan meminimalkan total biaya persediaan semen. Metode pengendalian persediaan yang umumnya digunakan dalam industri retail dan manufaktur, yakni metode Economic Order Quantity (EOQ), Periodic Order Quantity (POQ), dan Min-Max. Berdasarkan hasil analisis perbandingan ketiga metode pengendalian persediaan yang digunakan dalam penelitian ini, metode EOQ merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan di CV XYZ karena menghasilkan total biaya persediaan yang paling minimum dan optimal. Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat memperluas pemahaman baru dalam optimalisasi pengendalian persediaan dan efisiensi operasional di berbagai industri.
  • Item
    Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi Pada PT Citra Tubindo Tbk
    (Politeknik Negeri Batam, 2024-07-09) Noviantino, Elsariani; Soebagiyo, Slamet; Soebagiyo, Slamet
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, lingkungan kerja, dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, dan pengaruh motivasi, lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja memediasi hubungan antara motivasi terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja memediasi hubungan antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Populasi yang digunakan adalah karyawan PT Citra Tubindo Tbk sejumlah 80 orang. Analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda atau path analysis, uji koefisien determinasi Adjusted R Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan, (2) Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan, (3) Kepuasan Kerja bernilai positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan, (4) Motivasi Kerja bernilai positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja, (5) Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja, (6) Kepuasan Kerja tidak terbukti memediasi pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan, (7) Kepuasan Kerja tidak terbukti memediasi pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Berdasarkan nilai Koefisien Beta yang diperoleh, variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah variabel Lingkungan Kerja.
  • Item
    Analisis Perencanaan Tata Letak Gudang Pada PT. Global Intra Talenta Terhadap Efektivitas Penyimpanan Dengan Metode Class Based Storage
    (2024-08-15) Putra Syah Aris R.; Syafrina Mia
    Penelitian ini berfokus pada perancangan tata letak gudang penyimpanan PT. Global Intra Talenta dengan menggunakan metode class-based storage untuk meningkatkan efektivitas penyimpanan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang tata letak gudang yang lebih efisien sehingga dapat memaksimalkan penggunaan kapasitas gudang. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan karyawan PT. Global Intra Talenta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Class-Based Storage, yang membagi barang ke dalam tiga kelas berdasarkan tingkat permintaan dengan analisis ABC (pembagian kelas), yaitu Kelas A: Anacle, FWD SG, Kelas B: SSMC, Pand.Ai, dan Kelas C: Prospace, Quadrant, dapat meningkatkan efektivitas penyimpanan. Barang dengan permintaan tertinggi ditempatkan di dekat pintu masuk dan keluar, sementara barang dengan permintaan lebih rendah ditempatkan lebih jauh untuk memperlancar alur barang. Penggunaan rak penyimpanan juga direkomendasikan untuk meningkatkan kapasitas dan memudahkan penyimpanan barang berdasarkan kepemilikan.
  • Item
    Penerapan Lean Warehousing Untuk Meningkatkan Kinerja Aktivitas Gudang Pada PT. XYZ
    (Politeknik Negeri Batam, 2024) Theresia, Novia; Hendrawan, Bambang
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja aktivitas gudang pada PT. XYZ dengan pendekatan lean warehousing yang berfokus meminimalisasi waste yang ada pada aktivitas penerimaan material di newcont store dan main store khususnya material kabel dan LPG. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi waste yang terjadi adalah value stream mapping, process activity mapping, dan fishbone diagram. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwasanya terdapat beberapa waste yang terjadi di newcont store dan main store. Dimana pada newcont store, waste yang lebih dominan adalah excessive transportation dan waiting. Sedangkan pada main store, waste yang lebih dominan adalah inappropriate processing dan unnecessary motion. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkannya perbaikan dan penambahan material handling, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penerimaan material menjadi lebih singkat.
  • Item
    Perancangan Tata Letak Gudang PT. Henry Global Mandiri dengan Metode Class-Based Storage untuk Meningkatkan Efisiensi Penyimpanan Barang
    (2024-08-15) Siagian, Chintya Vanesha Elvrida; Tarigan, Yulinda; Tarigan, Yulinda
    PT. Henry Global Mandiri merupakan perusahaan sektor industri jasa yang khusus melayani proyek-proyek kelautan dan offshore. PT. Henry Global Mandiri mempunyai fasilitas gudang dengan permasalahan utama adalah sistem penyimpanan yang tidak efisien dan tidak adanya sistem kode barang. Hal ini mempersulit dalam proses pencarian dan penyimpanan barang. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang tata letak gudang dengan metode class-based storage untuk efisiensi penyimpanan barang. Hasil penelitian dengan metode class-based storage dilakukan berdasarkan analisis ABC dengan membagi raw material dan alat kerja menjadi tiga kelompok yaitu fast moving, medium moving, dan slow moving terhadap 45 jenis barang. Metode ini meningkatkan utilitas gudang dengan mengoptimalkan luas gudang yang ada sebesar 15,87%. Selain itu, penempatan barang berdasarkan klasifikasi ABC mampu memperpendek jarak perpindahan material sebesar 19.586 meter dan menghemat biaya perpindahan material sebesar Rp49.454.650,00. Perancangan layout tata letak gudang juga menunjukkan efisiensi, dengan pengurangan waktu pengambilan barang sebesar 0,38% dan penempatan barang sebesar 0,22%.
  • Item
    Analisis Penerapan Konsep 5S di PT Panasonic Industrial Devices Batam
    (2024-06-25) Rubianti, Siti; Soebagiyo, Slamet
    Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan perusahan untuk melakukan perbaikan dalam area kerja adalah dengan menerapkan metode 5S untuk menciptakan area kerja yang aman dan nyaman. Melalui penerapan konsep 5S ini, diharapkan perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung untuk karyawan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penerapan konsep 5S pada PT Panasonic Industrial Devices Batam sehingga dapat meminimalisasi kesalahan-kesalahan dalam bekerja dan juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja. 5S adalah salah satu fondasi penting dalam Lean Six Sigma, yang merupakan pendekatan yang dilakukan dalam memperbaiki lingkungan kerja sehingga bisa dieliminasi dan tercipta lingkungan kerja yang efisien, efektif serta produktif. Baik bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, pentingnya penerapan budaya kerja 5S ialah untuk mencapai kondisi optimal ditempat kerja, lingkungan kerja, dan sistem baru. Budaya kerja 5S agar dibagi menjadi banyak aspek praktik sistem manajemen terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tidak hanya itu, budaya kerja 5S merupakan budaya kerja yang bertujuan untuk mengoptimalkan stored procedure agar memiliki standar yang baik (Brata & Dwi Soediantono, 2022). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep 5S secara baik dan konsisten bukan hanya menyelesaikan permasalahan terkait kedisiplinan karyawan yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas. Namun, mampu membentuk budaya kerja yang berkelanjutan, meningkatkan kondisi lingkungan kerja, dan mendukung peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penerapan konsep 5S yang konsisten adalah upaya yang dilakukan untuk menghindari pemborosan terhadap waktu dan biaya produksi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan setiap karyawan dapat meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan konsep 5S yang ada dengan konsisten dan berkelanjutan.
  • Item
    "Analisi Penerapan Konsep 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT Panasonic Industrial Devices Batam pada Department Packing"
    (2024-07-08) Marchella, Shofi; Destiana, Rizka
    5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) adalah salah satu konsep yang biasanya menjadi dasar budaya kerja Jepang. 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) berasal dari bahasa Jepang yang merupakan penerapan untuk memudahkan atau melancarkan proses produksi. Sednagkan dalam bahasa Indonesia Seiri artinya adalah ringkas, Seiton artinya adalah rapih, Seiso artinya adalah resik, Seiketsu artinya adalah rawat dan Shitsuke artinya adalah rajin. Dalam pelaksanaan sangat diperlukan pada setiap orang agar lebih tertata pada setiap bagian-bagian tempat kerja. Konsep 5S juga mengajarkan tentang pola kedisiplinan yang terus menerus. Budaya kerja telah di terapkan dan berhasil akan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap karyawan dalam melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengabaikan faktor produktivitas. Budaya kerja harus dirancang dengan memperhatikan terhadap semua komponen sistem kerja yang ada, yaitu manusia, bahan, mesin atau peralatan dan kondisi lingkungan. Tanpa penerapan 5S budaya kerja biasa mengakibatkan hubungan antar karyawan biasanya buruk, mereka tidak saling bertegur sapa, berpenampilan loyo, angka absensi tinggi. Karyawan tidak memberi saran untuk meningkatkan proses produksi dan tidak peduli pada pekerjaan masing-masing. Lini kerja terdapat peralatan yang kotor dan barang cacat, peralatan yang seharusnya ada di tempat masing-masing, berserakan di sembarang tempat. Menurut observasi pribadi penulis, permasalahan yang menjadi objek dalam penulisan laporan ini adalah penerapan 5S yang masih belum diterapkan dengan optimal sehingga terjadi penurunan terhadap produktivitas kerja. Secara visual, PT Panasonic Industrial Devices Batam sudah menerapkan budaya di area kerjaperusahaan terutama pada area Packing. Contohnya seperti memisahkan barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan, penataan barang sesuai pada tempatnya, membersihkan kotoran ataupun barang yang tidak diperlukan. Tetapi dari hasil observasi masih ditemukan masalah dalam penerapan 5S. Pada tanggal 10 September 2022, penulis menemukan adanya produk after packing dengan part number yang berbeda tercampur dalam satu palet sehingga terjadinya mix product/produk tercampur. Permasalahan tersebut terjadi karna tidak adanya indikasi yang yang diberikan pada setiap palet yang ada di area Out Going Quality Control tersebut. Selain itu, tidak adanya indikasi pada peletakan barang juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi waktu karena sulitnya menemukan model pada produk tersebut di palet sehingga terjadinya penurunan terhadap produktivitas kerja. Selain itu, masalah lainnya adalah masih ditemukannya beberapa sampah yang tidak digunakan seperti material embos yang sudah rusak berserakan di lantai produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap lingkungan kerja. Maka itu perlu adanya upaya perbaikan sikap kerja dan lingkungan kerja sesuai dengan budaya kerja . Berdasarkan analisa penulis permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat memicu terjadinya penurunan produktivitas dari kinerja karyawan. Pengamatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan dengan cara melakukan penerapan 5S di lingkungan kerja perusahaan secara optimal. Sehingga dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam bekerja dan juga dapat meningkatkan efisiensi waktu serta produktivitas dalam bekerja. Berdasarkan hasil analisa yang diperolehpad agiagram fishbone di atas, maka evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagi berikut: 1) Material Pada kategori ini, faktor yang menyebabkan permasalahan utama penerapan 5S yaitu mengenai penyimpanan barang after packing yang masih tercampur di palet pada area Out Going Quality Control. Faktor ini dipengaruhi oleh department packing yang dimiliki perusahaan belum memiliki indikasi tata letak area yang jelas untuk setiap area penyimpanan barang yang mengakibatkan penurunan terhadap efisiensi waktu. Solusi yang dapat dilakukan adalah pembuatan indikasi standing label pada setiap palet yang ada di Out Going Quality Control berdasarkan masing- masing model agar memudahkan dalam pencarian sehingga dapat mempersingkat waktu yang digunakan. 2) Manusia Dalam kategori ini terdapat dua faktor yang menyebabkan permasalahan yaitu kurangnya kesadaran pekerja dan kurangnya pengetahuan dari para pekerja terkait budaya 5S yang sedang diterapkan oleh perusahaan. Kurangnya kesadaran pekerja diakibatkan oleh pekerja belum memahami maupun mengetahui tujuan yang didapatkan dari adanya penerapan 5S yang dijalankan. Pada dasarnya, penerapan 5S yang sedang diterapkan saat ini, hanya dilakukan dengan baik apabila akan dilaksanakan kegiatan audit saja sedangkan jika tidak dilakukan audit, maka para pekerja akan membiarkan area kerjanya berantakan dan kurang bersih. Selain itu, kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja terhadap penerapan 5S disebabkan oleh belum adanya kegiatan pelatihan (training) yang didapatkan oleh pekerja sehingga menyebabkan belum dipahami secara jelas tentang tahapan-tahapan yang mendukung pelaksanaan 5S dengan baik. Solusi yang dapat dilakukan adalah dilakukannya sosialisasi dengan 2 cara, yaitu pertama dengan cara membuat sebuah poster tentang pengetahuan 5S secara umum yang kemudian ditempelkan pada mading yang ada disetiap koridor. Yang kedua yaitu membuat informasi melalui Whatsapp dan email perihal pentingnya peduli terhadap penerapan konsep 5S dilingkungan kerja. 3) Metode Dalam kategori ini, faktor yang menyebabkan permasalahan utama yaitu penerapan 5S yang saat ini sedang dijalankan oleh perusahaan belum sepenuhnya diterapkan. Hal ini disebabkan oleh penerapannya hanya berfokus kepada tiga tahapan pertama dalam metode 5S yaitu seiri, seiton, dan seiso. Tiga tahapan pertama dalam penerapan metode 5S menjadi fokus perusahaan karena tahapan ini merupakan pondasi dalam melaksanakan dua tahapan terakhir. Selain itu, tujuan dari pelaksanaan dua tahapan terakhir yaitu sebagai standarisasi dari tahapan yang sebelumnya sehingga diperlukan penerapan yang baik dari tiga tahapan pertama agar didapatkan standarisasi yang baik. Solusi yang dapat dilakukan adalah membuat suatu standarisasi terbaru dalam satu proses kerja yang sudah dianalisa sebelumnya berdasarkan berbagai pertimbangan seperti kualitas, time dan motion study, kapasitas dan produktivitas sebagai acuan bagi operator dalam bekerja. 4) Lingkungan Faktor yang termasuk dalam kategori ini adalah pada lantai produksi di area packing masih ditemukan beberapa sampah material embos rusak yang tidak berada pada tempatnya yang menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan terhadap lingkungan kerja. Hal ini disebabkan karna kurangnya kepedulian dan kesadaran dari masing-masing karyawan akan kebersihan lingkungan kerja. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan peringatan untuk selalu menjaga kebersihan demi kenyamanan bersama. Memperhatikan kebersihan area kerjanya masing-masing baik itu sebelum dan sesudah bekerja. Jika dilihat dari hasil grafik fishbone yang telah dibuat, maka penerapan 5S yang sudah dilaksanakan belum dilakukan secara optimal, sehingga terjadinya penurunan terhadap produktivitas kerja. Contohnya seperti penurunan terhadap efisiensi waktu dan biaya, lingkungan kerja yang tidak nyaman, serta kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya penerapan 5S untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Pada pembahasan ini terdapat beberapa usulan perancangan perbaikan yang dapat dilakukan dalam penerepan konsep 5S dalam meingkatkan produktivitas di PT Panasonic Industrial Devices Batam antara lain: A. Seiri (Ringkas) Seiri (ringkas) merupakan kegiatan menyingkirkan dan memilah barang apa saja yang diperlukan dan yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di tempat kerja hanya barang yang dibutuhkan dalam aktivitas kerja. Seiri (ringkas) merupakan tahap awal dalam penerapan 5S. Berikut merupakan tahapan dalam penerapan Seiri (ringkas), yaitu: a) pengambilan data peralatan, bahan dan barang. Dalam pengambilan data-data peralatan, bahan dan barang dilakukan untuk mengetahui peralatan, bahan dan barang apa saja yang masih dapat digunakan dan yang tidak dapat digunakan. b) Melakukanpengecekansecaraberkalayangdapatdilakukanseminggusekali untuk memastikan peralatan, bahan dan barang yang digunakan pada area kerja tersusun sesuai pada tempatnya B. Seiton(Rapih) Seiton (Rapih) berfungsi untuk penataan dalam hal tata letak peralatan, bahan dan barang yang diperlukan dalam proses produksi, memberikan kodefikasi warna untuk memudahkan identifikasi sehingga dapat memudahkan pekerja dalam menemukan peralatan, bahan dan barang yang diperlukan. Dalam perangcangan Seiton (Rapih), diharapkan dapat mengurangi waktu proses. Melibatkan karyawan dalam proses penataan dan meningkatkan tanggung jawab terhadap lingkungan kerja. Seiton merupakan aktivitas yang bertujuan agar barang tersusun dengan rapi, sehingga mudah ditemukan atau digunakan. Dengan tersusunnya barang secara rapi akan meminimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencari barang. Sehingga saat barang hendak diambil dapat ditemukan dengan cepat. Hal ini dapat dilihat dengan masih bertumpuknya material di lantai dan belum di tata berdasarkan kegunaannya. Peletakan barang-barang masih belum tertata rapi karena masih ada jenis barang yang berbeda namun diletakkan di area yang sama dan berdekatan, atau dengan kata lain masih ada barang yang peletakkannya tercampur, baik itu barang jadi ataupun bahan baku. Pada industri manufaktur, penanganan alat/barang yang digunakan menjadi aspek kritis yang mempengaruhi produktivitas kerja. Dalam konteks ini, inovasi menggunakan Project Standing Label telah terbukti meningkatkan efisiensi dalam penanganan barang dimana pada sebelum penggunaanya membutuhkan waktu 7 menit namun dengan adanya inovasi ini dapat menghemat waktu menjadi 4 menit saja dalam proses pengantaran barang menuju palet. C. Seiso(Resik) Seiso (Resik) merupakan perancangan dalam pembuatan area kerja menjadi lebih bersih dan rapih, sehingga area kerja dapat terjaga dan memiliki kondisi yang sehat dan nyaman yang dapat memotivasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk mendukung pelaksanaan ini, maka dibuat usulan berupa rancangan sebagai berikut: a) Jadwal pembersihan rutin dan pemeliharaan fasilitas untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan terawat. b) Melibatkanseluruhkaryawandalamkegiatanpembersihandanperawatan D. Seiketsu (Rawat) Dalam mempertahankan 3S (Seiri, Seiton, Seiso) perlu dilakukan pemantapan/perawatan (Seiketsu) untuk menjaga area produksi agar tetap bersih dan rapih. Usulan dalam penerapan Seiketsu (Rawat) adalah sebagai berikut: a) Pembuatan jadwal piket kebersihan secara rutin untuk menjaga barang atau peralatan dalam kondisi bersih dan rapih. b) Melibatkan karyawan dalam kegiatan dalam kegiatan pembersihan dan perawatan untuk menumbuhkan budaya yang bersih dan rapih. E. Shitsuke(Rajin) Dalam perancangan yang terakhir, yang perlu dilakukan adalah rajin atau pembiasaan (Shitsuke). Shitsuke (Rajin) adalah tahapan untuk memastikan semua entitas di lingkungan kerja selalu mengikuti penerapan program 5S. Tujuannya adalah untuk mendisiplinkan semua pekerja agar kegiatan terus berjalan dengan baik. Untuk mendukung pelaksanaan ini, maka dibuat usulan berupa rancangan sebagai berikut: a) Seluruh karyawan harus melakukan disiplin diri dan kesadaran penuh akan pentingnya penerapan konsep 5S. b) Peneguranataupemberiansanksiterhadapkaryawanyangditemukantidak melakukan dengan baik. c) Melakukan briefing 15 menit sebelum memulai proses kerja. d) Memberikan informasi kepada seluruh karyawan untuk selalu menerapkan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Perusahaan) yang telah ditentukan. e) Memberikan reward kepada karyawan yang memiliki kinerja yang baik, untuk memberikan kompetisi yang baik untuk hasil yang maksimal