D3 Teknik Mesin
Permanent URI for this collectionhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1760
Browse
Item IDENTIFIKASI DEFECT FLOW MARK DI MESIN HAITIAN MA 1200 PADA PROSES MOLDING DI PT. PHILIPS INDUSTRIES BATAM IDENTIFICATION OF FLOW MARK DEFECTS IN THE HAITIAN MA 1200 MACHINE IN THE MOLDING PROCESS AT PT. PHILIPS INDUSTRIES BATAM(Politeknik Negri Batam, 2024-07-03) Simanjuntak, Samuel Rodi Kemri Jefri; Purba, Syahputra Adi;Abstrak PT Philips Industries Batam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing, salah satu proses produksi yang dilakukan di PT Philips Industries Batam adalah proses molding. Molding merupakan proses material plastik dilelehkan di barrel dan disuntikan ke dalam mold yang tertutup rapat kemudian lelehan tersebut memenuhi ruang pada mold sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan. Pada dunia industri proses molding memiliki beberapa jenis defect yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Pada penelitian ini penulis akan berfokus pada mesin yang beroperasi di PT Philips Industries Batam yaitu mesin Haitian MA 1200 dan penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan jenis-jenis defect pada mesin Haitan dan data tersebut diambil selama 3 bulan terakhir. Jumlah defect tertinggi akan di identifikasi untuk mencari faktor penyebab terjadinya defect, hal ini dapat dilakukan menggunakan analisis data berupa QC 7 tools yaitu diagram pareto, dan fishbone diagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab dari defect tersebut. Penelitian ini mengidentifikasi parameter pada mesin Haitian MA 1200 yang menyebabkan defect flow mark dan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kualitas produk yang dihasilkan. Dari lima kali percobaan, nilai pengaturan parameter yang optimal terdapat pada perobaan ke lima. Pengaturan parameter ini terdiri dari settingan start post inject 1 dengan nilai 63, inject 2 dengan nilai 42, pressure inject 1 dengan nilai 165, inject 2 dengan nilai 155, dan setinggan pressure hold 1 dengan nilai 55, hold 2 dengan nilai 45, serta flow hold 1 dengan nilai 18 dan hold 2 dengan nilai 13. Pengaturan parameter tersebut berhasil memperbaiki defect flow mark pada mesin Haitian MA 1200. Kata kunci: Proses Molding, Defect, Haitian MA 1200, Fishbone Diagram Abstract PT Philips Industries Batam is a company engaged in manufacturing, one of the production processes carried out at PT Philips Industries Batam is the molding process. Molding is the process of plastic material being melted in a barrel and injected into a tightly closed mold then the melt fills the space in the mold according to the desired product shape. In the industrial world, the molding process has several types of defects that can affect product quality. In this research the author will focus on the machine operating at PT Philips Industries Batam, namely the Haitian MA 1200 machine and this research is carried out by collecting the types of defects on the Haitan machine and the data is taken for the last 3 months. The highest number of defects will be identified to find the factors that cause defects, this can be done using data analysis in the form of QC 7 tools, namely pareto diagrams, and fishbone diagrams. This study aims to determine the causal factors of these defects. This study identifies the parameters on the Haitian MA 1200 machine that cause flow mark defects and aims to improve the quality level of the products produced. From five trials, the optimal parameter setting value is found in the fifth trial. This parameter setting consists of setting start post inject 1 with a value of 63, inject 2 with a value of 42, pressure inject 1 with a value of 165, inject 2 with a value of 155, and the height of pressure hold 1 with a value of 55, hold 2 with a value of 45, as well as flow hold 1 with a value of 18 and hold 2 with a value of 13. The parameter setting successfully improved the flow mark defect on the Haitian MA 1200 machine. Keywords: Molding Process, Defects, Haitian MA 1200, Fishbone DiagramItem Pemeriksaan Dimensi Sebelum & Sesudah Pengelasan Untuk Platform Akses(2024-07-05) Kholig, Rizki; Wibowo, Ari; Purba, Syahputra, AdiPada proses fabrikasi access platform dimensi yang sesuai dengan gambar sangat penting untuk menciptakan hasil fabrikasi yang berkualitas, dalam proses fabrikasi perubahan dimensi merupakan hal yang sering terjadi mulai dari tahap sebelum dilakukannya pengelasan dan setelah dilakukannya pengelasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengatahui perubahan dimensi yang terjadi pada access platform dalam sebelum dan sesudah dilakukannya pengelasan serta meminimalisir terjadinya perubahan dimensi pada saat sebelum dan sesudah proses pengelasan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan data yang relevan. Hasil fabrikasi yang kurang baik dapat menyebabkan permasalahan pada saat pemasangan dan bahkan mengancam keselamatan saat digunakan. Akibatnya, pengendalian dimensi menjadi perhatian utama dalam proses fabrikasi. Permasalahan yang terjadi dalam permasalahan ini dapat di minimalisir dengan cara proses tack weld yang kuat dan fit up yang sesuai dengan ukuran drawing, penggunaan support yang seimbang dengan ukuran material dan proses pengelasan yang baik dan benar.Item Pengaruh Variasi Nilai Max Power terhadap pemotongan Akrilik pada Mesin Laser Cutting CO2(POLITEKNIK NEGERI BATAM, 2024-07-04) Tambunan, Reynaldi Prasetio; Stefani, Windy; Perkasa, Veryawan NandaProses pemesinan laser cutting adalah proses pemesinan yang menggunakan sinar laser untuk memotong material. dalam proses pemesinan laser cutting, salah satu permasalahan yang terjadi dalam pemotongan adalah kualitas pemotongan yang tidak baik, hal itu disebabkan oleh parameter dari mesin laser cutting yang tidak optimal. parameter yang mempengaruhi kualitas pemotongan menggunakan mesin laser cutting diantaranya adalah max power. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mendapatkan parameter max power yang optimum pada akrilik dengan nilai max power 65%, 75%, 85% dan target panjang dan lebar ukuran yang akan diuji adalah 50 mm terhadap sampel akrilik. tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter max power yang optimum pada pemotongan akrilik 5 mm menggunakan mesin laser cutting. Dari hasil pengujian yang telah didapat, parameter pada max power 65% mendapatkan hasil ukuran pada rata-rata variasi panjang ukuran yaitu 49.85 mm dan rata-rata variasi pada nilai kekasaran permukaan yaitu 1.136 μm, kemudian parameter pada max power 75% mendapatkan hasil ukuran pada rata-rata variasi panjang ukuran yaitu 49.86 mm dan rata-rata variasi pada nilai kekasaran permukaan yaitu 1.107 μm, dan parameter pada max power 85% yang merupakan percobaan parameter terakhir mendapatkan hasil ukuran pada rata-rata variasi panjang ukuran yaitu 49.90 mm dan rata-rata variasi pada nilai kekasaran permukaan yaitu 0.593 μm. Sehingga hasil pemotongan yang terbaik dari penyusutan ukuran dan kekasaran nilai ukuran yang terkecil adalah max power 85%. Parameter pada max power yang optimal untuk dipakai harus diatur dengan nilai yang tertinggi, supaya dapat mengurangi penyusutan pada saat pemotongan akrilik menggunakan mesin laser cutting.Item Pengaruh Variasi Welding Parameter terhadap Heat Input Pengelasan SAW (submerged arc welding) Posisi 1G(2024-08-13) Ramadhan, Halfy; Gemala, Mega; Hakim, RahmanPengelasan SAW (submerged arc welding) adalah proses untuk menggabungkan dua material logam atau lebih menjadi satu menggunakan bahan tambah bernama elektroda (filler metal), elektroda (filler metal) yang digunakan bersifat habis pakai dan juga menggunakan fluks (flux) berbentuk seperti pasir yang menutupi elektrodanya ketika proses pengelasan untuk melindungi proses pengelasan dari udara ataupun partikel yang dapat mempengaruhi hasil dari pengelasan. Pada proses pengelasan memiliki prosedur sebagai acuan yaitu WPS (welding procedure specification) yang berisi tentang welding parameter. Penggunaan welding parameter juga harus diperhatikan karena memiliki pengaruh pada nilai heat input yang didapatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variasi welding parameter terhadap nilai heat input, dengan memperhatikan kesesuaian dengan spesifikasi prosedur pengelasan (WPS) yang telah ditetapkan. Metode penelitian dilakukan dengan cara observasi ke lapangan selama proses produksi berlangsung dan mengumpulkan data parameter yang dibutuhkan. Penelitian ini berfokus pada perhitungan nilai heat input per pass pengelasan SAW posisi 1G. Setelah data hasil observasi dikumpulkan kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai heat input yang akan dibandingkan dengan nilai heat input yang tertera pada WPS. Untuk menjaga nilai heat input tidak melenceng dari range yang telah direkomendasikan WPS ialah dengan menggunakan welding parameter yang sesuai dengan range pada WPS.Item Perbandingan Efektivitas Pemanasan Material Menggunakan Metode Induksi (RHS) dan Metode Api (Gas Torch) Pada Material S420(2024-07-04) SIPAYUNG INDRO S.; GEMALA MEGA; LEKSONOWATI PUJO FITRIA NURPenggunaan metode preheat dalam proses pengelasan menjadi sangat penting untuk mencegah terjadinya retakan pada hasil lasan. Tujuan utama dari preheat adalah untuk mengurangi potensi terbentuknya retakan akibat perbedaan temperatur di area pengelasan dan panas yang berlebih (overhead) di sekitarnya. Pada industri fabrikasi migas, terdapat dua metode umum yang digunakan untuk preheat, yaitu menggunakan gas torch dengan bahan bakar LPG dan metode induksi yang menggunakan energi listrik. Dalam tugas akhir ini, dilakukan penelitian untuk membandingkan efektivitas antara metode penggunaan gas torch dan metode induksi dalam hal efisiensi waktu, biaya, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan preheat material S420 dengan dimensi yang sama untuk mencapai suhu 90°C. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan menguji preheat metode induksi (RHS) dan preheat metode api (gas torch) secara terpisah pada sampel material yang sama. Setelah itu, dilakukan pembahasan terhadap efisiensi waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk setiap metode, serta evaluasi terhadap kelebihan dan kekurangan masing-masing metode berdasarkan hasil penelitian. Berdasarkan hasil pengujian (eksperimen) dan analisis data diperoleh bahwa metode induksi lebih efisien dibandingkan dengan metode api dari segi pendistribusian panas ke material, biaya, dan waktu. Pada metode induksi dari segi waktu metode ini hanya membutuhkan waktu 16,5 menit dan dari segi biaya membutuhkan listrik dengan nominal Rp 6.917,-untuk mencapai suhu maksimal 90 derajat. Metode ini juga mampu menghasilkan pendistribusian panas yang hampir merata ke seluruh permukaan material yang akan dilas. fleksibilitasnya dalam menjangkau area yang sulit diakses menambah keunggulannya dibandingkan metode api dimana metode ini kurang fleksibel karena lidah api yang kurang besar tidak bisa menjangkau seluruh permukaan material dan membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal yaitu 20,28 menit dan dari segi biaya membutuhkan LPG dengan nomilal Rp. 36.666.-.Item Perhitungan Waktu Baku pada Proses Produksi Pipa Jacket Leg di PT XYZ Menggunakan Peta Proses Operasi(2024-07-10) Novita. S, Dina; Hardina Batubara, NindaSalah satu yang menjadi fokus utama perusahaan manufaktur adalah bagaimana cara mengefisiensikan dan mengoptimalkan waktu produksi agar dapat bersaing di dunia industri yang dinamis. Dengan menguraikan tahapan operasional secara spesifik, perusahaan dapat mengoptimalkan waktu produksi sehingga berdampak pada kemajuan perusahaan, khususnya PT XYZ. PT XYZ adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pipa struktural berdiameter besar yang salah satu jenis pipa yang diproduksinya ialah pipa jacket leg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang peta proses operasi untuk mengetahui waktu baku produksi pipa jacket leg sehingga memudahkan perusahaan dalam menentukan waktu produksi dan mengoptimalkan waktu produksi pipa jacket leg sehingga dapat memenuhi permintaan client dengan waktu seefisien mungkin. Oleh karena itu, dilakukan perancangan peta proses operasi sebagai acuannya dengan mengumpulkan data berupa proses produksi pipa jacket leg, waktu siklus, faktor penyesuaian Westinghouse, dan nilai kelonggaran (allowance). Hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya waktu baku dari proses produksi pipa jacket leg berukuran Ø 1620 mm, ketebalan 90 mm, panjang 1830 mm sebesar 5207.62 menit, yang mana, proses dengan waktu terbesar terdapat pada proses pengelasan inside (pengelasan dalam), yaitu sebesar 533.76 menit dan yang terkecil terdapat pada proses pengangkutan ke Pos Cutting, yaitu sebesar 4.32 menit. Selain itu, plat harus melalui 32 proses produksi agar dapat terbentuk menjadi sebuah pipa, yang terdiri dari 14 proses operasi, tiga proses pemeriksaan/inspeksi, 13 proses transportasi, satu proses menunggu, dan satu proses perilisan.Item Studi Proses Swaging dalam Manufaktur Pipa OCTG Berdiameter 4,5 Inci dengan Dua Jenis Koneksi(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-02) Partin, Leo; Fajrin, Aulia; Alif, MohamadAbstrak Proses swaging adalah suatu metode pembentukan logam yang melibatkan deformasi plastis material dengan cara menekan atau menariknya melalui die (cetakan) untuk mengubah dimensi atau bentuk dari material tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki proses dan parameter mesin swaging dalam konteks aplikasi manufaktur pipa. Dengan fokus pada pengaruh tekanan, suhu, dan kecepatan pemuatan. penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana pengaturan parameter tersebut dapat memengaruhi kualitas produk akhir dan dapat membandingkan hasil pipa OCTG berdiameter 4,5 inci dengan dua jenis koneksi yang berbeda. Hasil deformasi face pipa pertama jenis koneksi coupling yang berdiameter awal 97.18 mm menjadi kurang lebih 91.20 mm setelah mendeformasi face pipa sepanjang 22.0 mm, sedangkan deformasi face pipa kedua jenis koneksi integral yang berdiameter awal 97.18 mm menjadi kurang lebih 90.00 mm setelah mendeformasi face pipa sepanjang 39.0 mm. Kata kunci: Swaging, Efisiensi proses, Jenis Koneksi pipa Abstract The process is a metal forming method that involves plastic deformation of the material by pressing or pulling it through a die to change the dimensions or shape of the material. This research aims to investigate the process and parameters of machines in the context of pipe manufacturing applications. With a focus on the influence of pressure, temperature, and loading speed, this research was conducted to understand how these parameter settings can affect the quality of the final product and to compare the yield of 4,5inch diameter OCTG pipes with two different connection types. The method in collecting data for this analysis is by literature search, contact with experts and practical observation to provide valid data. The deformation results of the first pipe face of the coupling connection type whose initial diameter was 97.18 mm became less than 91.20 mm after deforming the pipe face by 22.0 mm, while the deformation of the second pipe face of the integral connection type whose initial diameter was 97.18 mm became less than 90.00 mm after deforming the pipe face by 39.0 mm. Keywords: Swaging, efficiency process, Pipe Connections type.Item Suhu Optimal Saat Menggunakan Heating Platform Untuk Melepas LED dari PCB(2024-07-08) Kurnia, Muhammad Harits; Baharudin, Budi; Putra, Lalu Giat JuangsaPT Weina Light Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam manufaktur produk lampu. Pada proses assembly sebuah lampu, langkah pertama adalah dengan mengetes fungsional dan visual LED pada PCB. Dari proses tersebut, ditemukan defect seperti LED off pada suatu PCB yang nantinya akan dilakukan penggantian komponen LED dengan menggunakan mesin Heating Platform. Penggunaan suhu pada proses rework ini belum ditentukan terlepas produk defect yang dihasilkan dari proses rework. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan standar penggunaan suhu yang optimal pada mesin heating platform. Adapun penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan sampel PCB dan 5 variasi parameter suhu (150˚C, 200˚C, 250˚C, 300˚C, dan 350˚C) dengan holding time 20 detik. Dari pengambilan data pada lima parameter suhu yang berbeda ditemukan suhu optimal saat menggunakan mesin heating platform adalah stabil pada suhu 250℃.