Jurusan Teknik Mesin

Permanent URI for this communityhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1751

Browse

Search Results

Now showing 1 - 10 of 53
  • Item
    Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD
    (2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; Sutarto
    Abstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.
  • Item
    Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD
    (2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; Sutarto
    Abstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.
  • Item
    Studi Kasus Kebocoran Fuel di Area Fuel Drains Tank Ejector pada Mesin Pesawat Airbus A330-300 PK-GHC
    (2024-07-08) Salmahirah, Tsabita; Siregar, James; Sutarto
    Abstrak Kebocoran fuel pada mesin pesawat merupakan masalah serius yang mengancam keselamatan penerbangan dan berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi perusahaan. Kebocoran fuel dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti fastener yang sudah rusak atau kendur, internal sealant yang rusak, o-ring yang rusak, pemasangan komponen yang tidak benar, atau kegagalan sistem. Selain mengurangi efisiensi operasional dan meningkatkan biaya perawatan, kebocoran fuel juga dapat mengakibatkan risiko kebakaran atau ledakan yang dapat mengancam keselamatan penumpang dan awak pesawat. Penelitian ini membahas mengenai kebocoran fuel berupa stain di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC tepatnya di mesin sebelah kanan (engine 2). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kebocoran fuel di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC dan mengevaluasi langkah-langkah perbaikan yang efektif dan melakukan perawatan untuk mengembalikan kondisi pesawat dalam keadaan normal. Metode penelitian menggunakan dokumen manual pesawat dan observasi di lapangan untuk memahami secara komprehensif tentang kebocoran fuel yang terjadi. Setelah dilakukan visual check dan dibongkar ternyata ditemukan masalahnya di connector. Connectornya mengalami damage sehingga menurut AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes maka connector tersebut harus diganti. Setelah itu, dilakukan penggantian berdasarkan Troubleshooting Manual (TSM) task card nomor 71-71-42-000-804-A. Setelah diganti, dilakukan visual check kembali untuk memastikan bahwa kebocoran fuel sudah hilang atau tidak ada lagi. Kata kunci: Kebocoran fuel, engine drains system Abstract Fuel leakage in aircraft engines is a serious problem that threatens flight safety and has the potential to cause economic losses to the company. Fuel leaks can occur due to various factors, such as damaged or loose fasteners, damaged internal sealants, damaged o-rings, improper installation of components, or system failure. In addition to reducing operational efficiency and increasing maintenance costs, fuel leaks can also result in the risk of fire or explosion which can threaten the safety of passengers and crew. This research discusses fuel leakage in stain in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine, precisely on the right engine (engine 2). This research aims to identify the cause of fuel leakage in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine and evaluate effective repair steps and maintenance to restore the aircraft condition to normal. The research method used aircraft manual documents and field observations to comprehensively understand the fuel leakage that occurred. After a visual check and disassembly, it was found that the problem was found in the connector. The connector was damaged so according to AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes, the connector must be replaced. After that, a replacement was made based on the Troubleshooting Manual (TSM) task card number 71-71-42-000-804-A. After replacement, a visual check is performed again to ensure that the fuel leak is gone or no longer exists. Keywords: Fuel leak, engine drains system
  • Item
    PENGARUH HEAT INPUT PENGELASAN GTAW TERHADAP NILAI HARDNESS PADA MATERIAL SUPERDUPLEX STAINLESS STEEL S32750
    (2024-03-22) Ardiyansyah, M; Saputra, Ihsan; Irawan, Benny Hadli
    Di era serba canggih ini proses pembuatan logam yang dilakukan tidak lepas dari proses pengelasan. Pengelasan merupakan proses penyambungan dari dua buah logam dengan menggunakan elektroda atau logam pengisi (filler metal) yang biasa digunakan di dunia fabrikasi dan industri. Energi panas sangat berpengaruh terhadap kualitas sebuah lasan. Tiga parameter yang ada pada energi panas tersebut adalah kuat arus (A), tegangan (V) dan masukan panas (heat input). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masukan panas (heat input) terhadap nilai kekerasan (hardness) pada material Superduplex Stainless Steel S32750 dengan proses pengelasan GTAW. Kekerasan pada material sangatlah penting untuk mengetahui ketahanan sebuah material. Dalam proses fabrikasinya masih terdapat material yang memiliki nilai hardness melebihi nilai standar dari manufaktur material tersebut. Proses pengelasan dilakukan dari Root, Hotpass, Fill pass hingga Capping dengan lima variasi heat input terhadap lima sampel sambungan dalam sebuah pipe spool, kemudian dilakukan pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Vickers dengan alat uji Portable UCI Sonodur 3. Pengujian kekerasan dilakukan pada lokasi permukaan daerah logam las (weld metal), logam induk (base metal), dan daerah yang dipengaruhi panas (HAZ). Dengan variasi heat input yang digunakan selanjutnya dilakukan pengujian hardness. Dari analisa yang dilakukan dengan lima variasi heat input dan membandingkan nilai hardness pada masing-masing lokasi uji, heat input rendah yaitu 0.97 kJ/mm menghasilkan nilai rata-rata hardness tertinggi sebesar 299.2 HV pada daerah logam induk (base metal), daerah terpengaruh panas (HAZ) sebesar 265.9 HV, dan daerah logam las (weld metal) sebesar 229.5 HV.
  • Item
    Study kasus kegagalan pada system lampu navigasi pada pesawat Airbus A320
    (2024-07-15) AL Fandi, Deni, Erlangga; Dzufiqar, Alif, Mohamad; Batubara, Hardina, Ninda
    lampu navigasi merupakan salah satu sistem yang penting pada saat pesawat berada di udara, komponen ini berfungsi memberikan indikasi visual eksternal untuk mengetahui posisi pesawat dan arah penerbangan pesawat. Lampu navigasi terpasang di ujung wing tip sebelah kanan pesawat dengan kode warna hijau, untuk kode warna merah di pasang di ujung wing tip sebelah kiri pesawat dan ada juga lampu navigasi di pasang pada Tail pesawat. Pada pesawat Batik Air tipe Airbus A320 PK-LUW pertama kali masuk ke hangar maka dilakukanlah visual inspection pada keseluruhan pesawat termasuk navigation light, pada saat observasi walk around ditemukan bahwa lampu navigasi mengalami kegagalan sehingga tidak dapat menyala, tentunya masalah tersebut dapat mengakibatkan kesulitan untuk mengetahui posisi pesawat pada saat di udara. untuk itu perlu dilakukan troubleshooting terhadap kasus yang ditemukan dan dilakukan penanganan untuk mengatasi masalah tersebut. Metode yang digunakan secara kualitatif yang bersumber dari Aircraft Maintenance Manual (AMM) yang dibentuk dalam teks naratif tanpa melibatkan perhitungan. Metode pengumpulan data dengan tahapan awal yaitu observasi dengan membaca dan memahami alur dari Troubleshooting Fault Navigation Lights pada pesawat Airbus A320 dan melakukan pergantian. Setelah melakukan troubleshooting pada kegagalan yang di alami oleh lampu navigasi di lakukanlah pergantian pada circuit breaker dikarenakan penyebab kegagalannya adalah kontaktor pada circuit breker kotor dan berjamur, dan tidak lupa juga pergantian komponen tersebut mengacu pada AMM yang telah ditentukan untuk keselamatan pengerjaan dan juga keselamatan ketika nantinya pesawat sudah beroperasi. Kesimpulan dari pengamatan tadi adalah, dimana kegagalan diakibatkan oleh kontaktor pada circuit breaker kotor atau berjamur sehingga dilakukan pergantian pada circuit breaker agar sistem lampu navigasi bekerja dengan normal.
  • Item
    Studi Kasus Penyebab Landing Gear Indication Tidak Bekerja Normal Pada Pesawat BOEING 737-900 ER
    (2024-07-11) Saputri Ayu, Nabila; Dzulfiqar Alif, Mohamad
    Perawatan pesawat adalah aspek penting dalam menghindari sesuatu yang dapat menghambat dan mengganggu operasional penerbangan. Pesawat BOEING 737-900 ER memiliki satu sistem yang dinamakan landing gear indication yang menggunakan sensor jarak, yang mana sensor ini berguna untuk memberi informasi tentang posisi roda pendaratan (landing gear), landing gear indication dapat mengalami kegagalan fungsi atau kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang sering terjadi pada landing gear indication system di pesawat dengan registrasi PK-LGM, PK-LGL, PK-LGY, PK-LGT dan PK-LKW, mengetahui dampak yang diakibatkan oleh landing gear indication system ketika tidak bekerja dengan normal sehingga dapat mengurangi hambatan operasional penerbangan, adapun penelitian ini dilaksanakan di hanggar Batam Aero Technic dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan analisis data menggunakan teknik fishbone analysis. Permasalahan yang ditemukan sensor mengalami corrosion, target plat yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di manual dan sensor yang mengalami masalah yang kemudian landing gear indication berfungsi dengan normal. Kata kunci: landing gear indication, fishbone analysis, sensor corrosion
  • Item
    OPTIMALISASI JUMLAH TENAGA KERJA DALAM PROSES PEMASANGAN DUKUNGAN PIPA (PIPE SUPPORT) PADA PROYEK MARJAN PRODUCTION PLATFORM DECK
    (Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) Farid, Muhammad; Butar Butar, Hendra; Mantik W.P., Andrew
    Proyek Marjan, yang dikelola oleh PT McDermott Indonesia dan Saudi Aramco, melibatkan pemasangan dukungan pipa (pipe support) untuk menjaga stabilitas sistem perpipaan. Penelitian ini bertujuan menentukan jumlah tenaga kerja optimal untuk pemasangan pipe support pada Marjan Production Platform. Data dari 22 bulan pemasangan dianalisis menggunakan regresi linear berganda, dengan variabel berat pipe support, jumlah pipe support, dan man hours. Hasilnya menunjukkan berat pipe support dan man hours berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja, sementara jumlah pipe support berpengaruh negatif. Model regresi yang dihasilkan memiliki nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 1, menunjukkan akurasi tinggi. Berdasarkan analisis, jumlah tenaga kerja optimal dalam satu bulan adalah 46 orang. Kesimpulannya, optimalisasi jumlah tenaga kerja dapat dicapai dengan mempertimbangkan berat pipe support, man hours, dan jumlah pipe support, meningkatkan efisiensi pemasangan pada proyek Marjan Production Platform.
  • Item
    Pembuatan PQR (Procedure Qualification Record) Menggunakan Material Casting Kraylos 420 Berdasarkan DNV OS-C 401 2018
    (Politeknik Negeri Batam, 2024-07-10) Gebry, Muhammad; ; Andi Nova, Muhammad
    Dalam industri fabrikasi yang bergerak di bidang pengelasan, prosedur pengelasan memiliki peran penting yaitu salah satunya adalah Welding Procedure Specification (WPS) adalah dokumen yang menjadi acuan bagi juru las saat melakukan pengelasan. Sebelum pembuatan prosedur pengelasan, langkah awal adalah menyusun Preliminary Welding Procedure Specification (PWPS). Data PWPS dapat diambil dari Procedure Qualification Record (PQR) sebelumnya yang telah mengalami kualifikasi. PQR mencatat informasi tentang proses pengelasan, bahan pengelasan, dan pengujian mekanikal yang harus sesuai dengan kebutuhan. Untuk isi dari PQR yang akan dikualifikasi yaitu menggunakan data dari PWPS yang telah mendapatkan approval dari client kecuali welding parameternya karena untuk hal itu diambil dari hasil actual pada saat pengelasan, untuk data PQR akan ditulis didalam yang nama nya PQR OR PTP RUN SHEET dimana terdapat 3lembar yang biasanya digunakan oleh welding monitor. Tujuan dari kualifikasi PQR adalah untuk menunjukkan hasil dari prosedur yang telah dikembangkan oleh beberapa tahap pengujian lalu dapat dinyatakan lulus, kemudian prosedur tersebut dapat dilakukan untuk pembuatan WPS yang akan digunakan oleh juru las di lapangan nanti. Pada tahap pengujian terdapat hasil yang dinyatakan reject yaitu pada saat dilakukannya tensile test. Dimana nilai yang disyaratkan pada pengujian tensile test adalah minimal 540 MPa, tetapi pada saat dilakukan dua kali pengujian tensile test mendapatkan nilai yang kurang dari persyaratan pada saat pengujian awal dan akhir. Maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat PQR kembali dengan material yang baru kemudian melakukan pengujian tensile test kembali.
  • Item
    Analisa Perbandingan Olah Gerak Kapal Monohull dan Catamaran pada Prototipe Kapal USV (Unmanned Surface Vehicle): Studi Kasus di Perairan Selat Singapura
    (2024-07-04) Niclous stheven; Saputra Hendra; Kamsyah Domi
    Olah gerak kapal atau seakeeping merupakan aspek penting dalam kapal, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil olah gerak prototipe kapal USV antara monohull dan catamaran. Hal ini dipilih karena kedua jenis tipe lambung ini memiliki karakteristik yang berbeda. Spesifikasi lambung pada kapal monohull dan catamaran dalam penelitian ini adalah jenis variasi lambung X-bow, dengan konfigurasi melengkung ke depan seperti huruf X. Seakeeping adalah studi tentang bagaimana kapal merespon gaya eksternal dari kondisi laut, yang penting untuk keselamatan, efisiensi, dan kinerja kapal. Gerakan kapal dilaut meliputi tiga gerakan translasi (surging, swaying, heaving) dan tiga gerakan rotasi (rolling, pitching, yawing). Analisis dalam penelitian ini menggunakan software maxsurf motions dengan menggunakan metode strip theory dan menggunakan parameter yang sudah ditetapkan untuk kebutuhan kapal ini sebelumnya. Dimana hasil output yang digunakan ialah grafik dari nilai RAO pitch, heave, dan roll kemudian data RMS dari heave motion, pitch motion, dan roll motion.Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa model kapal monohull dengan jenis lambung X-BOW lebih efisien dibandingkan dengan model kapal catamaran dengan jenis lambung X-BOW.
  • Item
    Analisis Pengaruh Modifikasi Lambung Kapal Self Propelled Barge 15000 DWT Terhadap Hambatan Total dengan Menggunakan Metode CFD
    (2024-07-05) Saputra, Gestra Arya; ;
    Dalam perancangan sebuah kapal ada beberapa hal penting yang perlu dianalisis yang salah satunya yaitu hambatan kapal. Hambatan kapal adalah gaya yang ditimbulkan kapal saat bergerak atau beroperasi di dalam air, hambatan kapal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu bentuk lambung kapal, semakin bagus atau streamline lambung kapal semakin kecil hambatan pada kapal. Pada penelitian ini difokuskan pada modifikasi lambung kapal dengan merubah salah satu parameter pada kapal yaitu Coefficient blok (Cb). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Computational Fluids Dynamic, atau biasa disebut dengan CFD. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan nilai hambatan kapal setelah dimodifikasi dan mendapatkan perbandingan nilai hambatan kapal sehingga bisa menentukan nilai hambatan yang terkecil dari modifikasi dan juga menentukan bentuk lambung yang memiliki hambatan yang paling optimal dari analisis tersebut. Dari hasil modifikasi lambung kapal mendapatkan koefisien blok kapal yaitu, pada modifikasi bagian haluan dengan koefisien blok sebesar 0,875, modifikasi di bagian buritan kapal sebesar 0,876, modifikasi pada bagian haluan buritan sebesar 0,873, sedangkan model asli dari lambung kapal memiliki Koefisien blok sebesar 0,892. Dari hasil analisis yang didapatkan berdasarkan tujuan dari penelitian ini mendapatkan nilai hambatan total kapal pada model asli sebesar 58883,12 N, model modifikasi haluan sebesar 67464,42 N, model modifikasi buritan sebesar 69736,11 N, dan model modifikasi haluan buritan sebesar 56992,87 N. Nilai hambatan total kapal yang terkecil dari hasil analisis yaitu, pada modifikasi haluan buritan kapal dan bentuk lambung kapal yang paling optimal dilihat dari hasil analisis yaitu model lambung kapal modifikasi haluan buritan kapal.