D3 Teknologi Geomatika
Permanent URI for this collectionhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1767
Browse
Item INTEGRASI PEMANTAUAN KONDISI LINGKUNGAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN KEBIJAKAN SDGS 11: STUDI KASUS KEHIDUPAN BERKELANJUTAN DIPULAU BATAM(2025-07-04) Purba, Delima; Anurogo, WenangPertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang pesat telah memberikan tekanan signifikan terhadap kualitas lingkungan perkotaan, termasuk di Pulau Batam. Sebagai kota industri yang berkembang cepat, Batam menghadapi tantangan lingkungan serius seperti peningkatan suhu, polusi udara, degradasi lahan, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memantau kondisi lingkungan di Pulau Batam menggunakan teknologi penginderaan jauh berbasis citra Landsat 8 dengan pendekatan indeks lingkungan seperti Suhu Pemukaan Daratan dengan metode LST, Kekeringan dengan metode TVDI, Kelembaban dengan metode NDWI, Potensi Kekeringan dengan metode NDDI, serta estimasi PM2,5 dan PM10 dengan menggunakan metode AOT. Hasil pengolahan menunjukkan nilai maksimum Suhu Permukaan Darat sebesar 34,92℃, Kekeringan 0,999997, Kelembaban 1,07121, Potensi kekeringan 13,58, PM2,5 sebesar 70 µg/m³, dan PM10 sebesar 111 µg/m³. Nilai aktual dari hasil validasi lapangan dan pengolahan data diperoleh nilai regresi dengan persamaan Y=0,5439x+12,475(LST), Y=0,1938x+27,232(TVDI), Y=26,389x+74,773(NDWI), Y=0,4747x+15,302(PM2,5) dan Y=0,3904x+18,81(PM10) dengan nilai aktual Suhu Permukaan Darat sebesar 31,46℃, Kekeringan 27,42, Kelembaban 103,00%RH, Potensi Kekeringan -0,84095, PM2,5 sebesar 48,55 µg/m³, dan PM10 sebesar 62,26 µg/m³. Validasi menghasilkan koefisien determinasi (R²) yang kuat untuk masing-masing parameter, yaitu Suhu Permukaan Darat (0,7192), Kekeringan (0,7144), Kelembaban (0,8074), PM2,5 (0,7369), dan PM10 (0,8648). Hasil penelitian ini menegaskan pentingnya pemanfaatan data spasial dalam perencanaan kota berkelanjutan, serta mendukung pencapaian indikator SDGs 11.6 (pengurangan dampak lingkungan) dan 11.7 (penyediaan ruang publik hijau yang inklusif dan aman).Item INVENTARISASI POTENSI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI PULAU REMPANG DENGAN METODE SPATIAL MULTI CRITERIA (SMC)(Politeknik Negeri Batam, 2025-06-29) Kristanti, Natalia; Anurogo, WenangPenelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi potensi kesesuaian lahan permukiman di Pulau Rempang dan mengevaluasi tingkat potensi kesesuaian lahan permukiman di Pulau Rempang guna mendukung perencanaan wilayah yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan mempertimbangkan beberapa parameter: penutupan lahan, kemiringan lereng, jarak terhadap jalan utama, dan kawasan rawan bencana. Hasil analisis menghasilkan lima kelas kesesuaian lahan, mulai dari Sangat Sesuai (S1) diindiksi warna hijau tua dengan luas 5.225 ha, kemudian kelas cukup sesuai (S2) diindiksi warna hijau mudah dengan luas 252 ha, Sesuai Marginal (S3) diindiksi warna kuning dengan luas 10.974 ha, Tidak Sesuai Sementara (N1) diindiksi warna oren dengan luas 1 ha, dan yang terakhir Tidak Sesuai Permanen (N2) diindiksi warna merah dengan luas 243 ha. Sebagian besar wilayah Pulau Rempang tergolong dalam kelas sesuai marginal (S3).Item Kawasan Layak Huni Berdasarkan Integrated Ecologycal Index (IEI): Penilaian Kriteria Ekologi Perkotaan di Kota Batam dalam Konteks Pencapaian SDGs 11(Politeknik Negeri Batam, 2025-07-21) Romadhona, Astin Sally; Anurogo, WenangPenelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas ekologi kawasan layak huni di Kota Batam dengan menggunakan pendekatan Integrated Ecological Index (IEI) berdasarkan data citra Landsat 9 tahun 2024. Penilaian dilakukan pada dua periode yang mewakili kondisi ekstrem curah hujan, yaitu Maret (curah hujan terendah) dan November (curah hujan tertinggi). Empat indikator ekologis utama yang digunakan meliputi indeks kehijauan (SAVI), kelembapan (NDMI), kekeringan (NDSI), dan area terbangun (NDBI), yang kemudian diintegrasikan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk menghasilkan IEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai IEI pada bulan Maret berkisar antara 4,73 × 10⁻⁸ hingga 1, sedangkan pada bulan November meningkat menjadi 0,168508 hingga 1. Wilayah tengah dan utara Kota Batam memiliki nilai IEI yang rendah akibat tekanan pembangunan, sedangkan wilayah selatan dan pulau-pulau kecil menunjukkan kualitas ekologi yang lebih baik. Temuan ini menunjukkan bahwa variabilitas musiman, khususnya curah hujan, berpengaruh signifikan terhadap kelayakan ekologis kawasan. Penelitian ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 11, khususnya dalam penyediaan kota yang layak huni dan berkelanjutan berbasis ekologi.