D3 Teknik Mesin
Permanent URI for this collectionhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1760
Browse
Item Cladding pada Flange dengan Menggunakan Inconel 625 dan Inconel 825(2024-08-12) Raharjo, Hernano; ; Havwini,TianCladding merupakan proses pelapisan logam dengan logam lainnya dengan cara pengerolan panas atau pengelasan. Proses cladding memiliki keuntungan yaitu dapat meningkatkan ketahanan korosi, ketahanan aus, atau ketahanan panas. Proses Weld Overlay Cladding dapat digunakan untuk menghambat laju korosi dengan menambahkan lapisan logam yang bersifat tahan karat pada permukaan baja karbon dan menambah kekuatan pada baja. Minyak dan gas adalah salah satu sumber daya alam penghasil energi yang paling dibutuhkan dalam kehidupan manusia pada saat ini. Minyak dan gas berperan penting sebagai sumber energi utama di seluruh dunia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ialah perusahaan yang bergerak di bidang jasa industri untuk beberapa pekerjaan mengenai material logam, khususnya proses Weld Overlay dan Lining pada pipa baja karbon untuk keperluan industri. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan dari Inconel 625 dengan Inconel 825 pada saat proses cladding pada flange. Material uji 1 dilakukan proses cladding dengan menggunakan Inconel 625 dengan durasi waktu pengelasan selama 360 menit dengan 3 lapisan pengelasan, material uji 2 dilakukan proses cladding dengan menggunakan Inconel 825 dengan durasi waktu pengelasan selama 240-270 menit dengan 3 lapisan pengelasan. Inconel 625 memiliki kekuatan tarik 827 MPa lebih tinggi dibandingkan dengan Inconel 825 yang memiliki kekuatan tarik 586 MPa dan Inconel 625 sangat tahan terhadap korosi.Item Identifikasi Defect Short Mold Pada Produk Case dan Cover MCB Menggunakan Metode Fishbone(2024-07-15) Pangestu, Galih Mohamad Sukma; Baharudin, Budi; W P Mantik, AndrewPerkembangan teknologi di dunia industri saat ini terus bekembang sehingga setiap perusahan yang bergerak dalam dunia industri khususnya manufaktur terus melakukan inovasi agar dapat terus bersaing dalam dunia industri. Mesin cetak (mold) merupakan suatu mesin yang memiliki ruang atau tempat plastic cair panas, yang dinjeksikan dengan mesin injeksi untuk dibentuk menjadi produk plastik tertentu sesuai bentuk ruang. Pada proses injection molding banyak terjadi defect atau cacat pada produk case dan cover yang dihasilkan, salah satu defect yang sering ditemukan adalah short mold, yaitu kondisi dimana cetakan tidak terisi sempurna oleh cairan yang diinjeksikan, untuk meningkatkan kualitas produksi maka dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada.Item KALIBRASI WIRE FEEDER MENGGUNAKAN BS 7570:2000 DAN BS EN 50504:2008(2024-07-04) syukri rahmat; Butar Butar, Hendra; Wijayanti, ItaAbstrak Dalam industri fabrikasi proses pengelasan memiliki peranan penting pada proses rekayasa dan reparasi produksi. Penggunaan mesin pengelasan yang dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan efektivitas mesin. Mesin yang tidak optimal dapat menghasilkan produk yang tidak berkualitas. Permasalahan yang sering terjadi adalah buruknya kualitas hasil pengelasan sedangkan setiap tahapannya sudah disesuaikan dengan WPS ( Welding procedur specification ), salah satu sumber penyebab masalah tersebut yaitu pada welding equipment. Tujuan penelitian ini adalah mengkalibrasi arc welding equipment agar tidak keluar dari standard mesin. Kalibrasi dilakukan dengan mengacu pada BS EN 50504:2008 dan BS 7570:2000. Kalibrasi dilakukan untuk mengukur constant current dan wire feed speed. Kalibrasi yang dilakukan dengan mengacu pada BS EN 50504:2008 dan BS 7570:2000 ternyata mampu menghasilkan menghasilkan hasil kalibrasi yang bagus. Kata kunci: Arc Welding Equipment, Kalibrasi, Standard BS EN 50504:2008 , Standard BS 7570:2000 Abstract In the fabrication industry, the welding process has an important role in the production engineering and repair process. Continuous use of a welding machine will result in a decrease in the effectiveness of the machine. Machines that are not optimal can produce products that are not of good quality. The problem that often occurs is the poor quality of the welding results, even though each stage has been adjusted to the WPS (Welding procedure specification), one of the sources causing this problem is the welding equipment. The aim of this research is to calibrate the arc welding equipment so that it does not depart from the standard machine. Calibration is carried out by referring to BS EN 50504:2008 and BS 7570:2000. Calibration is carried out to measure constant current and wire feed speed. Calibration carried out by referring to BS EN 50504:2008 and BS 7570:2000 was able to produce good calibration results. Keywords: Arc Welding Equipment, Calibration, Standard BS EN 50504:2008 , Standard BS 7570:2000Item OPTIMALISASI JUMLAH TENAGA KERJA DALAM PROSES PEMASANGAN DUKUNGAN PIPA (PIPE SUPPORT) PADA PROYEK MARJAN PRODUCTION PLATFORM DECK(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) Farid, Muhammad; Butar Butar, Hendra; Mantik W.P., AndrewProyek Marjan, yang dikelola oleh PT McDermott Indonesia dan Saudi Aramco, melibatkan pemasangan dukungan pipa (pipe support) untuk menjaga stabilitas sistem perpipaan. Penelitian ini bertujuan menentukan jumlah tenaga kerja optimal untuk pemasangan pipe support pada Marjan Production Platform. Data dari 22 bulan pemasangan dianalisis menggunakan regresi linear berganda, dengan variabel berat pipe support, jumlah pipe support, dan man hours. Hasilnya menunjukkan berat pipe support dan man hours berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja, sementara jumlah pipe support berpengaruh negatif. Model regresi yang dihasilkan memiliki nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 1, menunjukkan akurasi tinggi. Berdasarkan analisis, jumlah tenaga kerja optimal dalam satu bulan adalah 46 orang. Kesimpulannya, optimalisasi jumlah tenaga kerja dapat dicapai dengan mempertimbangkan berat pipe support, man hours, dan jumlah pipe support, meningkatkan efisiensi pemasangan pada proyek Marjan Production Platform.Item PENGARUH HEAT INPUT PENGELASAN GTAW TERHADAP NILAI HARDNESS PADA MATERIAL SUPERDUPLEX STAINLESS STEEL S32750(2024-03-22) Ardiyansyah, M; Saputra, Ihsan; Irawan, Benny HadliDi era serba canggih ini proses pembuatan logam yang dilakukan tidak lepas dari proses pengelasan. Pengelasan merupakan proses penyambungan dari dua buah logam dengan menggunakan elektroda atau logam pengisi (filler metal) yang biasa digunakan di dunia fabrikasi dan industri. Energi panas sangat berpengaruh terhadap kualitas sebuah lasan. Tiga parameter yang ada pada energi panas tersebut adalah kuat arus (A), tegangan (V) dan masukan panas (heat input). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masukan panas (heat input) terhadap nilai kekerasan (hardness) pada material Superduplex Stainless Steel S32750 dengan proses pengelasan GTAW. Kekerasan pada material sangatlah penting untuk mengetahui ketahanan sebuah material. Dalam proses fabrikasinya masih terdapat material yang memiliki nilai hardness melebihi nilai standar dari manufaktur material tersebut. Proses pengelasan dilakukan dari Root, Hotpass, Fill pass hingga Capping dengan lima variasi heat input terhadap lima sampel sambungan dalam sebuah pipe spool, kemudian dilakukan pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Vickers dengan alat uji Portable UCI Sonodur 3. Pengujian kekerasan dilakukan pada lokasi permukaan daerah logam las (weld metal), logam induk (base metal), dan daerah yang dipengaruhi panas (HAZ). Dengan variasi heat input yang digunakan selanjutnya dilakukan pengujian hardness. Dari analisa yang dilakukan dengan lima variasi heat input dan membandingkan nilai hardness pada masing-masing lokasi uji, heat input rendah yaitu 0.97 kJ/mm menghasilkan nilai rata-rata hardness tertinggi sebesar 299.2 HV pada daerah logam induk (base metal), daerah terpengaruh panas (HAZ) sebesar 265.9 HV, dan daerah logam las (weld metal) sebesar 229.5 HV.Item PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM HYDRAULIC VNA ( VERY NARROW AISLE ) MERK STILL TYPE MX-X KAPASITAS ANGKAT 1.500 KG(Muhammad Ardiansyah, 2024-07-12) Ardiansyah, Muhammad; Perkasa , Nanda Veryawan; Ihsan, SaputraSistem hidrolik pada VNA ( Very Narrow Aisle ) yang terdiri dari beberapa komponen memerlukan tindakan perawatan terencana, agar sistem hidrolik dapat berfungsi secara optimal. Tujuan dari penelitian ini untuk dapat melakukan analisa kerusakan dan dapat melakukan tindakan perawatan dan perbaikan dengan tepat dan benar. Komponen sistem hidrolik VNA (Very Narrow Aisle) yang memerlukan perawatan adalah seperti control relief valve, hydraulic control valve, hydraulic cylinder, filter, dan hydraulic oil. Adapun penyebab utama kerusakan dari komponen sistem hidrolik tersebut adalah karena kebersihan oli hidrolik yang buruk, kontaminasi dalam sistem, dan kelebihan beban (over load). Metodologi yang digunakan yaitu seperti identifikasi komponen dalam melakukan perawatan sistem hidrolik, pemeriksaan komponen dari sistem hidrolik, pemeriksaan sistem electric, dan perawatan preventif secara rutin. Untuk mengatasi kerusakan yang terjadi adalah dengan menerapkan manajemen perawatan dan perbaikan yang benar, terencana dan sesuai SOP.Item Studi kasus indikasi wing anti-ice still bright ketika switch on posisi pada pesawat Boeing B737-800/900ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-10) Nurvianto, Anggit; Dzulfiqar, Mohamad Alif; MutiaraniSistem Wing Thermal Anti-Ice (WTAI) merupakan salah satu sistem penting pada pesawat udara yang berfungsi untuk menjaga terjadinya pembentukan es di permukaan leading edge wing (kiri, dan kanan). Sistem ini biasanya digunakan ketika pesawat berada di daerah bersalju atau pada suhu terjadinya pembentukan es. Namun, seringkali terjadi permasalahan pada sistem Wing Thermal Anti-Ice (WTAI), salah satu masalah yang dialami adalah indikasi Wing Thermal Anti-Ice (WTAI) still bright yang disebabkan Wing Thermal Anti Ice Valve yang tidak berfungsi dengan baik. Tujuan studi ini adalah untuk membahas masalah yang terjadi pada sistem Wing Thermal Anti Ice (WTAI) agar dapat mengetahui penyebab terjadinya perbedaan antara Wing Thermal Anti-Ice switch dengan indikasinya, dan penangan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahapan yang dilakukan dengan cara mempelajari fungsi komponen, dan cara kerja sistem dengan menggunakan referensi Boeing B737-800/900ER Aircraft Maintenance Manual (AMM) - system description section, and practices and procedures, melakukan pemecahan masalah (Troubleshooting) dengan menggunakan referensi Fault Isolation Manual (FIM), dan melakukan pengetesan menggunakan referensi Aircraft Maintenance Manual (AMM) yang bertujuan untuk memastikan permasalahan yang terjadi telah terselesaikan. Dalam kasus ini, pada saat melakukan troubleshooting ditemukan kondisi wing thermal anti-ice shutoff valve tidak dapat bergerak atau stuck close. Hal ini, menyebabkan sistem wing thermal anti-ice berada pada posisi transit yang diindikasikan lampu menyala bright blue, dan juga menyebabkan tidak adanya suplai udara panas dari sistem pneumatic ke masing-masing wing leading edge. Langkah penanganan berdasarkan referensi Fault isolation manual (FIM) adalah dengan melakukan penggantian wing thermal anti-ice shutoff valve sesuai dengan prosedur yang dijelaskan dalam Aircraft Maintenance Manual (AMM). Setelah dilakukan penggantian wing thermal anti-ice shutoff valve, dan melakukan operational test, ditemukan bahwa sistem wing thermal anti-ice kembali normal, dan posisi switch sesuai dengan indikasinya.Item STUDI KASUS LANDING LIGHT SYSTEM TIDAK MENYALA PADA PESAWAT AIRBUS A320(2024-07-09) Nur Redi, Alfis; Saputra, Ihsan; Patria Mantik, Andrew WilliamPesawat Airbus A320 memiliki landing light pada setiap sayapnya. Landing light system digunakan pada saat pesawat takeoff dan landing, akan tetapi sesekali landing light tidak menyala pada saat operasional. Tujuan tugas akhir ini untuk mengetahui penyebab kegagalan pada landing light system pada pesewat A320. Metodologi yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan dan studi literatur. Mengacu pada manual resmi yang diugunakan pesawat A320 yaitu AMM (Aircraft Maintenance Manual) , TSM (Trouble Shooting Manual), IPC (Ilustrated Part Catalog) dan AWM (Aircraft Wiring Manual). Berdasarkan identifikasi pada kasus ini tercatat ada 52 kasus dan diperoleh hasil bahwa sebagian besar kegagalan sistem disebabkan oleh komponen yang rusak seperti lampu, toggle switch dan landing light assy. melakukan pergantian komponen yang sudah dipastikan rusakdan terakhir melakukan operational test untuk memastikan landing light system menyala dengan baik.Kesimpulan dari studi kasus ini adalah untuk mencegah kegagalan sistem, setiap komponen harus mendapatkan pemeriksaaan secara berkala dan diperhatikan masa pakainya agar bisa dijadwalkan pergantiannya.Item STUDI KASUS TENTANG PENYEBAB AIR CONDITIONING PACK 1 REGUL(ATION) FAULT DI PESAWAT AIRBUS A320-200CEO(2024-07-04) Kurniawan, Andi; Hakim, Rahman; Havwini, TianThe development of the world of aviation in recent years has progressed very rapidly. This final report provides information on aircraft maintenance and repair which is carried out so that the aircraft can be said to be airworthy. Airworthy is conform to type design and safe for flight. One of the most frequently encountered malfunctions on the Airbus A320-200CEO aircraft is the air conditioning pack. The function of the air conditioning pack system is to maintain pressure, temperature and freshness of air in the cockpit and cabin. The methodology used is qualitative by collecting data from the field in the form of finding problem solving, field discussions, replacing components, and access to Lion Air Group's maintenance record platform (e-MRO and ICT). The data is then analyzed using the FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) method and fishbone diagrams so that all causes and solutions to this problem can be clearly sorted and described. This final report found that the cause of this system failure was the occurrence of damage to the pack flow control valve (23hb) followed by the temperature sensor (12hh) and bypass valve (10hh). It is recommended to perform the Built-in Test (BITE) when finding problems related to the air pack regul 1 fault at the first opportunity to be able to take further action immediately. Troubleshooting is carried out based on the Troubleshoot Manual (TSM), Aircraft Maintenance Manual (AMM), in the form of checking the results of the BITE test and operational tests of related components followed by component replacement