Jurusan Teknik Mesin
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Jurusan Teknik Mesin by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 32
Results Per Page
Sort Options
- ItemIDENTIFIKASI BLEED TRIP OFF INDICATOR MENYALA PADA PESAWAT BOEING 737 - NEXT GENERATION(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-01) Wahyu Permana, Delvino; Andi Nova, Muhammad; Butar Butar, HendraBleed Trip Off is a condition where the pneumatic system on the engine experiences an increase in temperature or pressure, where the effect of this bleed trip is to close the valve that supplies the pneumatics in the engine system. If the bleed trip light indicator lights up, it is certain that the engine system will not function normally, resulting in the air conditioning system working single pack (pneumatic supplied from one engine only). Therefore, observations are carried out to find out what actions to take if a bleed trip occurs. and what parts have an influence on this happening. The methods used are literature study, observation and consultation with experts in the field. Then troubleshooting efforts were made when this problem occurred, it was found that the Precooler Control Valve (PCCV) failed to supply air into the pneumatic system duct to cool the air because the precooler control valve sensor was damaged or in bad condition. After that, the 390F Sensor is replaced and tested again to ensure the precooler control valve is functioning normally.
- ItemStudi Kasus Malfunction Parking Brake Do Not Release pada Pesawat Airbus A320 PK-GQR(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-04) Nathan Ragu, Agasah; Siregar, James; Irawan Haddli, BennyAirbus A320 aircraft have a parking brake system that is crucial for keeping the aircraft stationary and safe on the ground, especially during boarding, refueling and maintenance. Malfunctions in this system can cause operational disruptions and jeopardize flight safety. This study aims to identify, analyze and rectify the problem in parking brake malfunction on Airbus A320 PK-GQR aircraft. The research methodology involved applying the Troubleshooting Manual (TSM) after receiving a report from the pilot post-landing. The troubleshooting process was conducted as per the Aircraft Maintenance Manual (AMM) for identification and repair of the problematic component. The results showed that the cause of the malfunction was due to damage to the circuit breaker and the action taken was to reset the Brake Steering Control Unit (BSCU) circuit breaker in accordance with Aircraft Maintenance Manual (AMM) 32-46-00- 740-00, so that the parking brake system returned to normal function.
- ItemStudi Kasus Lampu FAULT Engine Fire Loop 2A lluminate pada Pesawat ATR 72-500 PK-WFQ(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-05) Nathanael, Kevin; Fadilah, Nurul; Dzulfiqar, M. AlifEngine Fire Protection System pada pesawat udara dirancang untuk mendeteksi dan mengatasi fire di bagian engine, yang merupakan ancaman serius. Loops merupakan komponen pada Fire Detection System yang berfungsi untuk mendeteksi fire berdasarkan perubahan resistance dan capacitance yang dipengaruhi oleh suhu dari sensing element. Studi kasus dilakukan pada pesawat ATR 72-500 PK-WFQ milik PT. Batam Aero Technic yang menunjukkan lampu FAULT indicator menyala saat replacement engine, mengindikasikan ada kerusakan pada engine fire detection system. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur maintenance yang perlu dilakukan, serta mencari tahu dampak dari engine fire loops yang chafing dan juga mengetahui latar belakang urgensi terkait Engine Fire Protection System. Metode penelitian yang digunakan melibatkan analisis dokumen, wawancara dengan engineer terkait, dan pengamatan langsung terhadap sistem keamanan pesawat. Data yang diperoleh akan dianalisis secara eksperimental untuk memahami faktor penyebab lampu FAULT Engine Fire Loop 2A illuminate serta langkah-langkah perbaikan yang dapat diimplementasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab menyalanya lampu FAULT disebabkan oleh kerusakan pada fire sensing element akibat dari chafing, prosedur perbaikan melibatkan penggantian fire sensing element yang rusak dan pengujian operasional untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik. Selain itu penelitian ini juga menekankan pentingnya pemeliharaan berkala untuk mencegah terjadinya false warnings, seperti yang terjadi pada pesawat ATR72-600 milik PNG air dengan registrasi P2-ATB rute dari bandara Kiunga Airport menuju ke bandara Mount Hagen-Kagamuga Airport, yang dapat menyebabkan tindakan darurat yang tidak perlu dan menjaga keamanan penerbangan.
- ItemStudi Kasus Indikator Standby Hydraulic Low Pressure Menyala Pada Pesawat Boeing 737-900ER PK-LSR(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) ANSHARI,M.SULTHAN; Rossbandrio,Wowo; Havwini,TianOn Boeing 737-900ER aircraft, there is a hydraulic power system is a system on aircraft that uses liquid pressure (hydraulic) as a medium to drive systems related to other components. Then in the hydraulic system on the Boeing 737-900ER aircraft is divided into 3 systems, namely system A, system B and standby system. During the C-Check Maintenance process, Boeing 737-900ER aircraft with registration number PK-LSR experienced a failure in the hydraulic system, failure of the hydraulic work system would certainly interfere with flight comfort. The trouble that occurs is the turning on of the standby hydraulic pressure indicator. The steps taken in solving this problem are troubleshooting and discussing with Engineers and Mechanics. After troubleshooting, the Electric Motor Driven Pump (EMDP) on the standby hydraulic system is problematic or damaged, the solution to this problem is to replace components that refer to manual maintenance. The discovery of this case study was first discovered by the author when conducting On Job Training at MRO Batam Aero Technic Company.
- ItemHigh Pressure Bleed valve engine fault on ground, pada pesawat ATR72-500/600 PK-WGK(2024-07-08) Rahman Alif, Kemal; Fadilah, Nurul; Subiyono, GatotSalah satu masalah pesawat ATR72-600 PK-WGK adalah Fault pada HP Bleed valve Engine on ground. Ini adalah sistem yang menyuplai udara bertekanan sesuai dengan suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh putaran engine. Pneumatic system menyediakan Air conditioning, Pressuration, Ventilation, dan De-icing. HP Bleed Valve Fault terjadi ketika tekanan yang dihasilkan tidak cukup untuk menyuplai air pressure. Akibatnya sistem tidak dapat bekerja. Indicator Air Bleed Panel menunjukkan kode kegagalan (failure), dan ketika dilakukan troubleshooting, harus sesuai dengan yang ada di Maintenance Procedure (MP). Jadi, jika ada kegagalan HP Bleed Valve Fault, komponen akan diganti. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan pergantian HP Bleed Valve Fault pesawat ATR 72-500/600 PK-WGK. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara metode eksperimental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara berurut faktor penyebab Fault pada HP Bleed Valve dan diselesaikan dengan prinsip-prinsip troubleshooting
- ItemStudi Kasus Pitot Tube Blockage pada Pesawat Boeing 737-900 PK-LFK(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) Gultom,Chandra; Siregar,James; MulyantoA Pitot tube is a tube that effectively measures the dynamic pressure of the air when an aircraft is moving. However, in practice, Pitot tubes often experience blockages that can lead to measurement errors, potentially resulting in accidents. These blockages are usually caused by dust, dirt, and ice that can clog the inlet of the airflow into the Pitot tube. This study examines the causes of Pitot tube blockages and seeks solutions to address such cases in the Boeing 737-900 aircraft. The background of this research identifies crucial issues related to the occurrence of Pitot tube blockages. The objective of this research is to ensure the functionality of the Pitot tube is restored to normal to maintain safety in flight operations. The research methods include manual inspection of the Pitot tube and checking the heater sensor located in the Pitot tube. Subsequently, the performance is carried out based on the Fault Isolation Manual (FIM), Aircraft Maintenance Manual (AMM), and the steps outlined in the Fault Isolation Manual (FIM) for the Boeing 737-600/700/800/900, as well as the replacement of components if there are any issues according to the guidelines in the Aircraft Maintenance Manual (AMM). The results of the study indicate that the blockage in the Pitot tube was caused by ice formation inside the tube. The ice formation occurred due to the malfunction of the heater sensor within the Pitot tube.
- ItemSTUDI KASUS PENYEBAB RIGHT ENGINE TAILPIPE FIRE ON GROUND PADA PESAWAT BOEING 737-900ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-09) Fauzan, Rahmat; Putra, Lalu Giat JuangsaTailpipe fire merupakan kejadian apapun yang menyebabkan asap atau api yang terlihat di bagian exhaust engine yang terjadi pada saat engine pesawat sedang beroperasi. Permasalahan pada pesawat Boeing 737-900ER saat engine kanan melakukan start. Untuk metode yang digunakan pada tugas akhir ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengidentifikasi masalah dengan motode studi literatur, wawancara, dan troubleshooting. Tujuan mengambil kasus penyebab tailpipe fire adalah untuk mengetahui penyebab dengan cara mengidentifikasi masalah serta mencari tahu permasalahan apa yang sering menjadi penyebab masalash tersebut. Hasil dari penelitian tentang permasalah tailpipe fire pada pesawat adalah terdapat permasalahan pada empat komponen fuel nozzle yang berada dekat dengan ignition. Dari permasalahan tersebut maka dilakukan proses penanganan permasalahan yang mengacu pada FIM untuk mengetahui possible cause apa saja yang dapat menyebabkan kasus tersebut bisa terjadi, melakukan fuel manifold & fuel nozzle leak check, removal & installation fuel nozzle, terakhir melakukan Idle-Power Leak Check sebagai acuan apakah fuel nozzle sudah bekerja secara baik dan fungsional.
- ItemStudi Kasus Terjadinya Interlayer Degradation Windshield No. 1 R/H pada Pesawat Boeing 737-900ER(POLITEKNIK NEGERI BATAM, 2024-07-10) Br. Purba, Nadira Seftiani; Rafia Dija, Nur; Subiyono, GatotThe Boeing 737-900ER is the latest variant of the Boeing 737 airplane equipped with a windshield that allows the pilot to observe the outside environment with some visibility. During the C-check maintenance process, a crack was detected on the No. 1 R/H windshield. The visual inspection identified this crack as interlayer degradation. The objective of this study is to determine the cause of the interlayer degradation and make appropriate repairs. The methodology used includes interviews with engineers and mechanics, and a literature review to gather relevant information and data. The results showed that the interlayer degradation was caused by overheating of the windshield, which caused the resistance to exceed the normal limit of 31.4-35.1 ohms. As a corrective measure, the damaged windshield was replaced. The resistance measurement of the windshield heater after the component replacement showed a value of 31.9 ohms, which corresponds to the normal limit of resistance for the heat sensor on the windshield.
- ItemSTUDI KASUS FAULT AMBER LIGHT MENYALA PADA SISTEM PROPELLER ANTI ICING PESAWAT ATR72500/600(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-10) WIJAYA, AGUNG SUKMANA; ROSSBANDRIO, WOWO; HAKIM, RAHMANPesawat udara ATR 72 (500/600series) dilengkapi dengan sistem propeller anti icing yang terdapat pada semua blade propeller baik di engine 1 maupun engine 2, sistem ini bertujuan untuk melindungi area blade propeller dari pembentukan dan penumpukkan es yang terjadi ketika pesawat sedang mengudara. Seperti yang diketahui bahwa propeller berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong atau thrust, maka jika terbentuk formasi es pada blade propeller maka akan mengurangi thrust yang dihasilkan oleh engine, hal ini tentu saja menganggu bahkan membahayakan penerbangan. Oleh karena itu jika terjadi masalah pada sistem ini perlu dilakukan troubleshoot berdasarkan manual resmi pesawat terbang yakni AMM (Aircraft Maintenance Manual) dan AFI (Aircraft Fault Isolation) untuk menemukan penyebab dan cara mengatasinya karena sistem ini menjadi sangat penting dan harus selalu bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya fault amber light menyala pada sistem propeller anti icing pada pesawat udara ATR 72-600 dengan melakukan troubleshoot dan mengacu pada manual resmi pada pesawat terbang yakni AMM (Aircraft Maintenance Manual). Diketahui jika indikasi lampu fault amber menyala maka terjadi kegagalan pada kelistikan di sistem propeller anti icing. Hal yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahan fault amber light menyala yakni dengan melakukan penggantian komponen pada sistem propeller anti icing berupa brush blocks. Selanjutnya setelah melakukan pergantian komponen, dan dilakukan pengetesan, fault amber light tidak lagi menyala, dan propeller anti icing dapat beroperasi dengan normal sebagaimana mestinya.
- ItemStudi Kasus Kegagalan Engine Fire Extinguisher Saat Extinguisher Test Pada Pesawat Boeing 737-800/900(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Setiawan, Jevri; Nova, Andi MuhammadKebakaran merupakan salah satu ancaman paling berbahaya terhadap pesawat terbang, peraturan mengenai desain dan spesifikasi area yang berpotensi bahaya api sangat ketat. Senyawa halon digunakan sebagai bahan pemadam kebakaran pada pesawat modern saat ini karena memiliki tingkat toksisitas yang rendah serta efektif digunakan di berbagai sistem pada pesawat. Fire extinguisher system terdapat di auxiliary power unit (APU), lavatory, cargo compartment, portable fire extinguishers, dan engine. Ketika engine fire extinguisher system mengalami masalah saat digunakan, akibatnya akan menimbulkan situasi yang lebih fatal. Oleh sebab itu, pesawat dipasang engine fire extinguisher test system untuk memastikan bahwa sistem berjalan dengan baik tanpa merilis halon ketika sistem tes tersebut dioperasikan. Masalah yang umumnya terjadi khususnya pada ruang lingkup perusahaan Batam Aero Technic yaitu engine fire extinguisher test light not illuminate pada pesawat Boeing 737-800/900. Penelitian ini bertujuan untuk membahas studi kasus dari masalah tersebut serta bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dengan teknik analisa menggunakan diagram fishbone atau yang sering juga disebut cause effect. Data data yang didapatkan berdasarkan hasil dari studi literatur, diskusi, dan juga referensi dari jurnal. Hasil penelitian yang didapatkan adalah bahwasannya dalam kurun waktu 2022 hingga 2024 terdapat 11 kasus kegagalan fire extinguisher yang terjadi saat extinguisher test yaitu karena adanya kerusakan pada fire control panel sehingga extinguisher test light not illuminate. Maintenance action yang perlu dilakukan sesuai dengan referensi maintenance manual pesawat yang terkait adalah dengan replacement engine and APU fire control panel.
- ItemIdentifikasi dan Perbaikan Indikator Kuantitas Bahan Bakar Tidak Terbaca pada Pesawat ATR72-500/600(POLITEKNIK NEGERI BATAM, 2024-07-11) Setiawan, Andi; Nova, Muhammad Andi; Subiyono, GatotThis study aims to determine the causes and improvements when there is a case of fuel unreadable on ATR72-500/600 aircraft. fuel unreadable is closely related to the fuel system where this system functions as a regulator of combustion on the aircraft engine so that it can run well. If there is damage to the fuel system, there will be an error, one of which is fuel unreadable. Identify this problem by checking the DMI (Deferred Maintenance Item) due to a report by the pilot or checking at the time of maintenance. After that, do troubleshooting and then change the goods by reffering to the maintenance procedure. Several components cause fuel unreadable, including damage to the fuel probe and pin damage to the fuel probe connector. The completion of the unreadable fuel case can be finish by replacing the fuel probe component contained in the right or left fuel tank.
- ItemStudi Kasus Lampu Take Off Tidak Menyala Pada Pesawat Airbus A320 PK-LAJ(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Harahap, Irfan Dwi Anugrah; Rossbandrio, Wowo; SutartoThe Airbus 320 aircraft has a Take Off Light system that serves to illuminante the runway during the taxi and take off phases, there are two light units that provide lighting The Lights are mounted on the Nose Landing Gear. In the Multifunctional Runway Light (MFRL) the Taxi and Take off Light system is included. This research aims to observe a Take Off Light system that plays an important role to help lighting when in the Taxi and Take Off phases and find out the causes of problems in the Take Off Light system. This research uses a descriptive approach that aims to provide an overview of the Take Off Light system, with a focus on identifying potential problems that may occur in it. The data analysis, where data is presented in the form of narrative descriptions without involving numbers or mathematical calculations. The data collection method consists of several stages, namely direct observation of the Troubleshooting Replacement of the Lamp of the Take Off Light process on the Airbus 320 aircraft, interviews with aircraft technicians and literature studies from sources such as the Aircraft Training Manual and Aircraft Maintenance Manual which are used as standards.
- ItemStudi Kasus Temperature di Cabin Tidak Sesuai Dengan Temperature Selectors Pada Pesawat Boeing B737-900 PK-LFS(POLITEKNIK NEGERI BATAM, 2024-07-11) Martoguan Pasaribu, Reynold; Rossbandrio, Wowo; MoeljantoThe Air Conditioning system is one of the essential systems on an aircraft, responsible for ensuring a stable cabin temperature during flights to create a comfortable environment for passengers and the aircraft crew. However, issues with the aircraft's air conditioning system often lead to cabin temperature discrepancies. One of the problems experienced is the cabin temperature not aligning with the temperature selectors on the air conditioning system. The author's goal in discussing this issue with the air conditioning system is to identify the root cause of the mismatch between the temperature selectors' panel and the actual cabin temperature and to find appropriate solutions to address the problem. The steps taken to address the issue involve studying the components and the functioning of the air conditioning system, performing troubleshooting based on the FIM (Fault Isolation Manual) references, and conducting operational tests to ensure the system operates correctly. During the troubleshooting process, it was found that the fan impeller on the Air Cycle Machine (ACM) was not rotating. The rotation of the fan impeller is crucial as it helps in drawing in atmospheric air, which is then used to cool the air coming from the engine before it is circulated into the aircraft cabin. To resolve the issue, the corrective action taken was to replace the ACM following the guidance provided in the Aircraft Maintenance Manual ATA 21.
- ItemStudi Kasus Menyalanya Indicator Caution Fault Pack Valve di System Air Conditioning Pada Pesawat ATR 72-500/600(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Tarigan, Em Boy Persadanta; Dzulfiqar, Mohamad AlifAir conditioning adalah alat pendingin pada pesawat yang memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga temperatur kabin bagi kenyamanan seluruh penumpang dan awak kabin didalam suatu pesawat. Kegagalan sistem air conditioning tentu akan menganggu kenyamanan penerbangan. Pada studi kasus yang dilakukan terhadap pesawat ATR 72-500/600 didapati permasalahan menyalanya Indicator Caution Fault Pack Valve pada sistem air conditioning, yang menyebabkan sistem air conditioning fail sebagai pendingin, sehingga suhu pada kabin tidak bisa dikontrol. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap permasalahan tersebut dan dilakukan proses perbaikan yang sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual (AMM). Setelah melakukan identifikasi masalah ditemukan bahwa pack valve pada komponen air conditioning do not open dikarenakan komponen sudah unserviceable ataupun komponen tersebut tidak dapat memenuhi fungsinya dengan kata lain, tidak layak untuk digunakan. Penyelesaian merujuk pada pergantian komponen pack valve. Setelah dilakukan pergantian komponen dan operasional tes, sistem air conditioning dapat kembali beroperasi secara normal dan dapat memberikan suhu yang nyaman ke kabin pesawat.
- ItemANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN PARKING BRAKE SYSTEM PADA PESAWAT A320(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Samudra, Muhammad Gilang; Nova, Muhammad AndiSebuah sistem yang sangat penting untuk menjaga keselamatan dan keamanan pesawat terbang adalah sistem hidrolik, khususnya pada brake system. Pada landing gear system terdapat brake system yang harus beroperasi dengan baik dan dapat diandalkan ketika pesawat beroperasi di darat (landing). Terdapat indikasi trouble pada Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) yang menunjukkan bahwa parking brake tidak bisa beroperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang menyebabkan kegagalan pada parking brake system dan untuk mengetahui jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir serta menganalisis penyebab kegagalan yang paling banyak terjadi pada parking brake system pesawat A320. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode FTA (Fault Tree Analysis). Data-data penelitian didapatkan berdasarkan observasi dilapangan, data-data dokumentasi, wawancara, dan jurnal-jurnal. Analisis masalah dalam penelitian ini menggunakan referensi dari Troubleshooting Manual (TSM) dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir adalah 10 pesawat dan faktor penyebab terjadinya kegagalan parking brake system pada pesawat A320 yang paling banyak terjadi yaitu karena adanya kerusakan komponen control switch parking brake sehingga terdapat indikasi trouble pada Electrical Centralized Aircraft Monitoring (ECAM). Untuk penanggulangannya yaitu dengan cara melakukan perawatan pesawat secara rutin dan terjadwal untuk mengurangi resiko kerusakan pada peralatan dan sistem pada pesawat serta dapat menjaga kondisi peralatan pesawat selalu dalam keadaan aman dan dapat berfungsi dengan baik.
- ItemLoss of the Brake Accumulator Pressure pada Pesawat Airbus A330-300(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Siagian, Randy; Fadilah, Nurul; MoeltjantoThis research aims to identify the causes and solutions for cases of loss brake accumulator pressure on the Airbus A330-300 aircraft. The brake accumulator is a component of the brake system, serving as a source of hydraulic power for emergency operations, absorbing pressure spikes, providing temporary power supply during pump failures, and maintaining pressure in the hydraulic system during certain periods or when the pump is not functioning. This is crucial for the brake system in the event of hydraulic system failures. The occurrence of one error, namely loss brake accumulator pressure, was identified when indications in the cockpit showed that the loss brake accumulator pressure. Subsequently, troubleshooting was conducted referring to the aircraft maintenance manual. The causes loss of pressure were identified as damage to the accumulator. The solution to the case loss of brake accumulator pressure can be achieved by replacing the accumulator due to exceeding its designated service life.
- ItemStudi Kasus Vibration Fanblade pada Engine CFM56-7B Pesawat B737-800NG PK-BGO(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Syaefudin, Daril; Dzulfiqar, Alif Mohamad; MoeljantoGas turbine engine CFM56-7B memiliki rotasi fan-blade yang sangat tinggi, sehingga mampu menghasilkan thrust yang besar pada pesawat. Namun, semakin tinggi putaran yang dihasilkan, risiko vibrasi juga semakin besar. Vibrasi pada engine pesawat adalah hal yang wajar, tetapi tetap ada batas toleransi vibrasi yang ditetapkan, yaitu sebesar 1,5 mils. [3] Vibrasi yang terjadi tidak dapat dihindari namun dapat ditangani sesuai prosedur yang ada di manual saat pesawat sedang cruising atau mengudara. Vibrasi berlebih pada mesin ini terdeteksi oleh Engine Indicating and Crew Alerting System (EICAS) yang terhubung dengan airborne vibration monitoring (AVM). Data yang terkumpul digunakan untuk menentukan apakah perlu dilakukan perawatan atau tidak. Hasil AVM menunjukkan batas vibrasi sebesar 3,5 sehingga menyebabkan vibrasi sangat tinggi. Untuk mengembalikan kondisi engine ke keadaan normal, dilakukan penanganan dengan fan lubrication.[3] Saat fan lubrication dilakukan, ditemukan beberapa platform yang mengalami kerusakan akibat vibrasi berlebih, sehingga komponen mesin rusak dan perlu diganti. Penggantian platform pada bagian fan major module engine dilakukan sesuai prosedur yang tercantum pada task card dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).[1]
- ItemTroubleshooting Of Weather Radar System pada Pesawat Boeing 737-900 ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Caucin, Maria; Fadilah, Nurul; Giat, LaluSystem Weather Radar (WXR) menyediakan indikasi visual weather condition, windshear events, land contours. WXR beroperasi dengan prinsip yang sama seperti echo. System WXR mentransmisikan radio frequency (RF) pulses dalam area 120 derajat atau 180 derajat ke depan pesawat, tergantung pada mode yang dipilih dan ditampilkan pada navigation display (ND). Objek memantulkan pulses kembali ke penerima. Penerima memproses sinyal yang dikembalikan untuk menunjukkan cuaca , ground mapping ,windshear events. Tujuan dari penelitian ini antara lain mengetahui fungsi yang terdapat pada system WXR dan langkah-langkah troubleshooting pada system tersebut. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, observasi langsung, wawancara dengan engineer terkait, dan Tracing Aircraft Manual, Aircraft Maintenance Manual (AMM), Fault Isolation Manual (FIM) dan Illustrated Part Catalog (IPC). Trouble dicatat di buku AFML lalu ditransfer ke DMI No 009951 oleh engineer pada pesawat PK-LFO. Cara mengatasi troubleshooting dalam system WXR dimulai dengan melakukan self-test. Jika self-test menemukan kegagalan, langkah selanjutnya adalah melakukan Built-in test equipment (BITE). Menurut FIM ada beberapa hal yang menjadi penyebab masalah WXR fail adalah R/T dan waveguide assembly. Pada saat inspect waveguide assembly tidak ditemukan kerusakan. Oleh karena itu, R/T problem dan diperbaiki dengan mengganti R/T. Setelah penggantian, lakukan self-test kembali. Jika tampilan menunjukkan "TEST COMPLETE", itu berarti system sudah berfungsi kembali dan siap digunakan.
- ItemStudi Kasus Penyebab Terjadinya Fan Brake Not Operate Pada Pesawat Airbus A320(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Gideon,Shion; Putra,Juangsa Giat Lalu; MoeljantoAirbus A320 aircraft have a Brake system this component plays an important role in flight safety and comfort, Passengers will feel calm and comfortable when the plane lands perfectly.[1] The fan on the Brake component plays a role in helping maintain the temperature when the aircraft breaks if the Brake overheats, a warning will appear on the ecam (Electronic Centralised Aircraft Monitor) and Brake Fan turn on. Brake Fan Temperature it self has a limitation of 300 ° C, overheated Brake should not taxi because it can cause Fire on the Overheated Brake, Monitoring the temperature of the Brake System is one of the key aspects in maintaining the safety of A320 aircraft operations. Proper temperature indication is very important to ensure the performance of the braking system is within safe limits, so on the A320 aircraft there is the name Cooling Fan which functions to reduce the hot temperature of the Brake on the aircraft quickly. The problem that occurs is that the temperature of the fan brake increases so that it exceeds the predetermined limitation limit. The step in solving this problem is troubleshooting and discussing it with the engineer and mechanic. After troubleshooting, cooling and housing the Fan Brake System has a problem or is damaged, the solution to this problem is to replace the components which refer to the AMM (Aircraft Maintenance Manual). The limitation that exists when the Fan Brake is no Operate is 320oC, after replacing components and carrying out a Test Flight, the replaced components work normaly with temperature of 105oC.
- ItemStudi kasus Preventive Maintenance Mold pada Mesin Injection Moulding Dengan Metode Mean Time Between Failure dan Mean Time To Repair(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Ahmat Fahrezi,Ferdi; Wijayanti, Ita; Kamsyah, DomiTimbulnya kerusakan mold pada mesin injection moulding dikarenakan penggunaan terus menerus tanpa adanya perawatan rutin, terjadinya downtime pada saat produksi mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya sistem penjadwalan perawatan yang baik guna mencegah terjadinya kerusakan pada mold. Pentingnya rangkaian tindakan pencegahan yang terjadwal untuk mengatasi kegagalan mesin selama operasi sangatlah penting untuk memastikan barang produksi yang konsisten dan berkualitas, akan tetapi meskipun telah adanya jadwal perawatan rutin mold pada mesin injection moulding masih sering terjadinya downtime diluar jadwal perawatan rutin. Hal ini menjadi pokok masalah yang serius yang menyebabkan kerugian terhadap pihak perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan schedule preventive maintenance yang teratur sehingga mendapatkan waktu optimal untuk melakukan adanya preventive maintenance . Hasil perhitungan MTBF pada penelittian ini sebesar 465,6 jam atau 19 hari mold akan mengalami kerusakan untuk mold type mainbody, sedangkan untuk mold type mouthpiece 388 jam atau 16 hari kerja mold akan mengalami kerusakan. Pada nilai MTTR diperoleh sebesar 10 - 13 jam kerja untuk kedua type mold yang mana dalam waktu tersebut untuk mengatasi kerusakan pada mold. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa diperlukan evaluasi jadwal preventive maintenance