D3 Teknik Perawatan Pesawat Udara
Permanent URI for this collectionhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1774
Browse
Item ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN PARKING BRAKE SYSTEM PADA PESAWAT A320(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Samudra, Muhammad Gilang; Nova, Muhammad AndiSebuah sistem yang sangat penting untuk menjaga keselamatan dan keamanan pesawat terbang adalah sistem hidrolik, khususnya pada brake system. Pada landing gear system terdapat brake system yang harus beroperasi dengan baik dan dapat diandalkan ketika pesawat beroperasi di darat (landing). Terdapat indikasi trouble pada Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) yang menunjukkan bahwa parking brake tidak bisa beroperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang menyebabkan kegagalan pada parking brake system dan untuk mengetahui jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir serta menganalisis penyebab kegagalan yang paling banyak terjadi pada parking brake system pesawat A320. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode FTA (Fault Tree Analysis). Data-data penelitian didapatkan berdasarkan observasi dilapangan, data-data dokumentasi, wawancara, dan jurnal-jurnal. Analisis masalah dalam penelitian ini menggunakan referensi dari Troubleshooting Manual (TSM) dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir adalah 10 pesawat dan faktor penyebab terjadinya kegagalan parking brake system pada pesawat A320 yang paling banyak terjadi yaitu karena adanya kerusakan komponen control switch parking brake sehingga terdapat indikasi trouble pada Electrical Centralized Aircraft Monitoring (ECAM). Untuk penanggulangannya yaitu dengan cara melakukan perawatan pesawat secara rutin dan terjadwal untuk mengurangi resiko kerusakan pada peralatan dan sistem pada pesawat serta dapat menjaga kondisi peralatan pesawat selalu dalam keadaan aman dan dapat berfungsi dengan baik.Item Loss of the Brake Accumulator Pressure pada Pesawat Airbus A330-300(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Siagian, Randy; Fadilah, Nurul; MoeltjantoThis research aims to identify the causes and solutions for cases of loss brake accumulator pressure on the Airbus A330-300 aircraft. The brake accumulator is a component of the brake system, serving as a source of hydraulic power for emergency operations, absorbing pressure spikes, providing temporary power supply during pump failures, and maintaining pressure in the hydraulic system during certain periods or when the pump is not functioning. This is crucial for the brake system in the event of hydraulic system failures. The occurrence of one error, namely loss brake accumulator pressure, was identified when indications in the cockpit showed that the loss brake accumulator pressure. Subsequently, troubleshooting was conducted referring to the aircraft maintenance manual. The causes loss of pressure were identified as damage to the accumulator. The solution to the case loss of brake accumulator pressure can be achieved by replacing the accumulator due to exceeding its designated service life.Item Studi Kasus Anti-Ice Indicator Tetap Aktif Dalam Posisi Anti-Ice Control Switch Off Pada Engine Helikopter Robinson R66 (PK-PVZ)(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-12) HidayahTullah Fiqri; Rossbandrio, Wowo; Subiyono, GatotPada RR300 Engine yang digunakan pada Robinson R66 Helicopter terdapat suatu system yang disebut engine Anti- Ice system yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya ice pada area compressor front support. Sistem ini menggunakan udara panas bertekanan yang diambil dari pressure bled pada compressor scroll. Dalam sistem ini terdiri dari beberapa komponen yaitu anti-icing air valve, anti-icing solenoid valve, dan anti-ice switch. Pada saat helikopter dengan registrasi PK-PVZ telah landing pilot melaporkan bahwa Anti-ice indicator pada annunciator panel menyala pada saat engine Anti-Ice system tidak digunakan (Anti-Ice Control Switch Off) sehingga diperlukan penanganan yang tepat serta mencari penyebab dari kasus tersebut yang bertujuan agar engine dapat beroperasi kembali dengan normal. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah studi litelatur dengan pengumpulan data dan informasi melalui Aircraft Maintenance Manual Robinson R66 (AMM), RR300 Engine training manual, RR300 Operation And Maintenance Manual (OMM), Pilot’s Operating Handbook (POH) Illustrated Parts Catalog (IPC) serta melakukan observasi ke lapangan melakukan wawancara secara langsung dengan engineer yang bertugas. Diketahui penyebab terjadinya engine Anti-ice indicator tetap aktif pada saat Anti-Ice control switch pada posisi off adalah stuck open pada komponen Anti-Icing solenoid valve. Upaya penanganannya adalah dengan melakukan prosedur Anti-Icing solenoid valve replacement. Pada kasus ini telah dilakukan penanganan dengan prosedur yang tepat karena apabila engine Anti-Ice aktif secara terus menerus akan menyebabkan engine performance degradation.Item Studi Kasus Kebocoran Fuel di Area Fuel Drains Tank Ejector pada Mesin Pesawat Airbus A330-300 PK-GHC(2024-07-08) Salmahirah, Tsabita; Siregar, James; SutartoAbstrak Kebocoran fuel pada mesin pesawat merupakan masalah serius yang mengancam keselamatan penerbangan dan berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi perusahaan. Kebocoran fuel dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti fastener yang sudah rusak atau kendur, internal sealant yang rusak, o-ring yang rusak, pemasangan komponen yang tidak benar, atau kegagalan sistem. Selain mengurangi efisiensi operasional dan meningkatkan biaya perawatan, kebocoran fuel juga dapat mengakibatkan risiko kebakaran atau ledakan yang dapat mengancam keselamatan penumpang dan awak pesawat. Penelitian ini membahas mengenai kebocoran fuel berupa stain di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC tepatnya di mesin sebelah kanan (engine 2). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kebocoran fuel di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC dan mengevaluasi langkah-langkah perbaikan yang efektif dan melakukan perawatan untuk mengembalikan kondisi pesawat dalam keadaan normal. Metode penelitian menggunakan dokumen manual pesawat dan observasi di lapangan untuk memahami secara komprehensif tentang kebocoran fuel yang terjadi. Setelah dilakukan visual check dan dibongkar ternyata ditemukan masalahnya di connector. Connectornya mengalami damage sehingga menurut AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes maka connector tersebut harus diganti. Setelah itu, dilakukan penggantian berdasarkan Troubleshooting Manual (TSM) task card nomor 71-71-42-000-804-A. Setelah diganti, dilakukan visual check kembali untuk memastikan bahwa kebocoran fuel sudah hilang atau tidak ada lagi. Kata kunci: Kebocoran fuel, engine drains system Abstract Fuel leakage in aircraft engines is a serious problem that threatens flight safety and has the potential to cause economic losses to the company. Fuel leaks can occur due to various factors, such as damaged or loose fasteners, damaged internal sealants, damaged o-rings, improper installation of components, or system failure. In addition to reducing operational efficiency and increasing maintenance costs, fuel leaks can also result in the risk of fire or explosion which can threaten the safety of passengers and crew. This research discusses fuel leakage in stain in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine, precisely on the right engine (engine 2). This research aims to identify the cause of fuel leakage in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine and evaluate effective repair steps and maintenance to restore the aircraft condition to normal. The research method used aircraft manual documents and field observations to comprehensively understand the fuel leakage that occurred. After a visual check and disassembly, it was found that the problem was found in the connector. The connector was damaged so according to AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes, the connector must be replaced. After that, a replacement was made based on the Troubleshooting Manual (TSM) task card number 71-71-42-000-804-A. After replacement, a visual check is performed again to ensure that the fuel leak is gone or no longer exists. Keywords: Fuel leak, engine drains systemItem Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD(2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; SutartoAbstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.Item Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD(2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; SutartoAbstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.Item Studi Kasus Penyebab Indikator Flap split pada Boeing 737-800/900 ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-19) Sihombing, Ridwan Nikolas; Siregar, JamesFlap adalah penampang bagian belakang pada sayap pesawat yang fungsinya menaikkan gaya angkat pesawat saat lepas landas. Flaps Position Indikator berfungsi untuk mengetahui posisi flap kiri dan kanan. Indikator posisi flap berada di panel instrumen tengah P2. Sehingga penerbang dapat melihat posisi flaps melalui indikator yang berada di cockpit. Indikator flap sangat berpengaruh besar di pesawat, jika terjadi kerusakan pada indicator flap maka pesawat tidak layak diterbangkan. Permasalahan yang terjadi pada indicator flap mengakibatkan flap kiri dan kanan tidak singkron dan menyebabkan pesawat jatuh dikarenakan terjadi stall. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan indicator flap split dan cara bagaimana menyelesaikannya agar indikator flap kembali dengan normal, Metode penelitian yang digunakan dalam merancang tugas akhir ini adalah metode kualitatif yaitu observasi langsung, wawancara dengan engineer terkait, dan Traicing Aircraft Manual. Dengan menyesuaikan ATA chapter, mengikuti arahan dari FIM, the possible cause is a cable problem, FSEU (flap slat electronic unit), right flap position transimitter, didapat letak permasalahannya pada saat troubleshooting adalah di right flap position transmitter dan harus diganti.Item Studi Kasus Penyebab Landing Gear Indication Tidak Bekerja Normal Pada Pesawat BOEING 737-900 ER(2024-07-11) Saputri Ayu, Nabila; Dzulfiqar Alif, MohamadPerawatan pesawat adalah aspek penting dalam menghindari sesuatu yang dapat menghambat dan mengganggu operasional penerbangan. Pesawat BOEING 737-900 ER memiliki satu sistem yang dinamakan landing gear indication yang menggunakan sensor jarak, yang mana sensor ini berguna untuk memberi informasi tentang posisi roda pendaratan (landing gear), landing gear indication dapat mengalami kegagalan fungsi atau kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang sering terjadi pada landing gear indication system di pesawat dengan registrasi PK-LGM, PK-LGL, PK-LGY, PK-LGT dan PK-LKW, mengetahui dampak yang diakibatkan oleh landing gear indication system ketika tidak bekerja dengan normal sehingga dapat mengurangi hambatan operasional penerbangan, adapun penelitian ini dilaksanakan di hanggar Batam Aero Technic dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan analisis data menggunakan teknik fishbone analysis. Permasalahan yang ditemukan sensor mengalami corrosion, target plat yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di manual dan sensor yang mengalami masalah yang kemudian landing gear indication berfungsi dengan normal. Kata kunci: landing gear indication, fishbone analysis, sensor corrosionItem STUDI KASUS PENYEBAB RIGHT ENGINE TAILPIPE FIRE ON GROUND PADA PESAWAT BOEING 737-900ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-09) Fauzan, Rahmat; Putra, Lalu Giat JuangsaTailpipe fire merupakan kejadian apapun yang menyebabkan asap atau api yang terlihat di bagian exhaust engine yang terjadi pada saat engine pesawat sedang beroperasi. Permasalahan pada pesawat Boeing 737-900ER saat engine kanan melakukan start. Untuk metode yang digunakan pada tugas akhir ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengidentifikasi masalah dengan motode studi literatur, wawancara, dan troubleshooting. Tujuan mengambil kasus penyebab tailpipe fire adalah untuk mengetahui penyebab dengan cara mengidentifikasi masalah serta mencari tahu permasalahan apa yang sering menjadi penyebab masalash tersebut. Hasil dari penelitian tentang permasalah tailpipe fire pada pesawat adalah terdapat permasalahan pada empat komponen fuel nozzle yang berada dekat dengan ignition. Dari permasalahan tersebut maka dilakukan proses penanganan permasalahan yang mengacu pada FIM untuk mengetahui possible cause apa saja yang dapat menyebabkan kasus tersebut bisa terjadi, melakukan fuel manifold & fuel nozzle leak check, removal & installation fuel nozzle, terakhir melakukan Idle-Power Leak Check sebagai acuan apakah fuel nozzle sudah bekerja secara baik dan fungsional.Item STUDI KASUS PENYEBAB TERJADINYA TOILET NOT FLUSH PADA PESAWAT BOEING 737-900ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-12) Yosafa, Antonius; Nur, Dija RafiahFasilitas umum untuk penumpang pesawat tentunya merupakan sebuah hal yang sangat penting sehingga tidak dapat dipisahkan dari pesawat komersil. Salah satunya fasilitas umum yang ada dipesawat adalah lavatory. Lavatory merupakan sebuah ruangan toilet dan wastafel. Toilet dan wastafel ini sangat penting untuk penumpang yang ingin buang air atau sekedar ingin mencuci tangan. Tidak jarang toilet tidak dapat berfungsi atau tidak bisa di flush yang akan menimbulkan ketidaknyamanan dan masalah operasional. Pada penelitian ini membahas salah satu trouble yang mendapat report dari pilot pada pesawat boeing 737-900ER dengan registrasi PK-LGW yaitu toilet not flush. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab dan prosedur troubleshoot sesuain refrensi, penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai pada FIM dan AMM boeing 737-900ER, dengan mengikuti sesuai refrensi yaitu FIM ditemukannya penyebab toilet not flush dikarenakan kotoran yang mengendap dan mengeras pada sensor continuous level sensor yang menyebabkan komponen tersebut rusak sehingga dilakukan pergantian komponen continuous level sensor yang baru dan telah dilakukan uji fungsi kembali pada toilet flush dan berfungsi dengan baik dan kondisi pesawat sudah siap terbang kembali.Item Studi Kasus Vibration Fanblade pada Engine CFM56-7B Pesawat B737-800NG PK-BGO(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Syaefudin, Daril; Dzulfiqar, Alif Mohamad; MoeljantoGas turbine engine CFM56-7B memiliki rotasi fan-blade yang sangat tinggi, sehingga mampu menghasilkan thrust yang besar pada pesawat. Namun, semakin tinggi putaran yang dihasilkan, risiko vibrasi juga semakin besar. Vibrasi pada engine pesawat adalah hal yang wajar, tetapi tetap ada batas toleransi vibrasi yang ditetapkan, yaitu sebesar 1,5 mils. [3] Vibrasi yang terjadi tidak dapat dihindari namun dapat ditangani sesuai prosedur yang ada di manual saat pesawat sedang cruising atau mengudara. Vibrasi berlebih pada mesin ini terdeteksi oleh Engine Indicating and Crew Alerting System (EICAS) yang terhubung dengan airborne vibration monitoring (AVM). Data yang terkumpul digunakan untuk menentukan apakah perlu dilakukan perawatan atau tidak. Hasil AVM menunjukkan batas vibrasi sebesar 3,5 sehingga menyebabkan vibrasi sangat tinggi. Untuk mengembalikan kondisi engine ke keadaan normal, dilakukan penanganan dengan fan lubrication.[3] Saat fan lubrication dilakukan, ditemukan beberapa platform yang mengalami kerusakan akibat vibrasi berlebih, sehingga komponen mesin rusak dan perlu diganti. Penggantian platform pada bagian fan major module engine dilakukan sesuai prosedur yang tercantum pada task card dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).[1]Item Study Kasus Kebocoran pada Brake Piston Main Landing Gear Pesawat Airbus 320 PK-LUY(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-13) Siregar, Putra Wahyudha Ulisahaj; Dzulfiqar, Alif Mohamad; Purba, Syahputra AdiAbs trak Brak e merupakan bagian dari landing gear dimana memiliki peranan yang s angat vital dan merupakan komponen kes elamatan s erta kinerja terpenting dalam pes awat terbang untuk membantu mengurangi laju pes awat terbang dan menghentikan pes awat terbang pada s aat landing s erta s aat beroperas i di darat, Brak e pes awat terbang ditempatkan hanya di main landing gear, umumnya terpis ah kiri dan kanan. dengan jenis multiple-disk brak e berbahan carbon. Pada pes awat terbang Airbus A320 terdapat dua system hidrolik yang bekerja untuk mendukung s is tem pengereman. Pertama Green system yang digunakan untuk pengoperas ian s ecara normal dan kedua yaitu Yellow system yang digunakan pada s aat park ing brak e dan juga emergency brak ing. Brak e juga digunakan untuk menunjang pes awat terbang pada s aat parkir. Hal ini s angat penting karena terkait mas alah s afety pada pes awat terbang itu s endiri maupun pers onal yang bekerja di area pes awat terbang yang s edang terparkir agar tidak terjadi hal -hal tidak diinginkan. Penelitian ini berfokus pada penanganan terhadap kas us kebocoran brak e system pada pes awat terbang Batik Air Airbus 320 PK-LUY. Pada s aat melakukan obs ervas i di s ekitaran brak e pes awat terbang ditemukannya kebocoran pada area brak e pistone Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikas i permas alahan yang terjadi pada brak e pistone yang terdapat di main landing gear pes awat Batik Air A320 PK-LUY dan melakukan pros edur perbaikan s es uai dengan panduan yang terdapat pada Aircraft Maintenance Manual (AMM) dan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh pis ton pada brak e yang mengalami kebocoran, s ehingga nantinya mengurangi res iko terjadinya bahaya pada pes awat terbang ters ebut. Berdas arkan dilakukannya pengambilan dan pengumpulan s umber data untuk pemecahan mas alah kebocoran pada brak e pistone main landing gear pes awat terbang Airbus 320 PK- LUY, maka kes impulan yang dapat diambil yaitu terkikis nya o -ring/ s eal pada brak e pistone yang menyebabkan terjadinya kebocoran hydrolic yang mengakibatkan tidak maks imalnya kinerja pengereman pes awat.terbang ters ebut. Upaya penanggulangan yang harus dilakukan adalah replecement komponen yang lama dengan yang baru pada system pengereman nomor 3 berdas arkan Aircraft Maintenance Manual (AMM) dan Illustrated Part Catalog (IPC) di pes awat ters ebut. Kes impulan yang didapatkan tidak terjadinya kebocoran lagi pada komponen brake s ys tem nomor 3Item Terjadinya Engine Vibration Pada Pesawat Airbus 320-200(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-16) Sutantra, Sanputra; Putra, Lalu Giat JuangsaKetika pesawat sedang dalam storage/ penyimpanan dalam waktu yang cukup lama akibat dampak covid 19 dan seketika pemilik pesawat ingin menghidupkan kembali pesawatnya terdapat Non-Routine Card pada pesawat Airbus 320-200 ditemukan engine vibration yang melebihi batas sehingga diperlukan penanganan untuk mengatasi masalah tersebut agar mencegahnya kerusakan yang bertambah parah pada engine yang dapat membahayakan pesawat. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan pengumpulan data dan informasi melalui Aircraft Maintenance Manual dan Troubleshoot manual Airbus 320-200 serta melakukan wawancara secara langsung dengan mechanic dan engineer yang bertugas. Ada kemungkinan penyebab terjadinya engine vibration diantaranya ialah adanya Foreign Object Debris ( FOD) di sekitar depan engine pada saat engine hidup. Kurangnya lubrikasi pada engine dikarenakan adanya Cycle Maintenance yang terlewatkan contohnya engine ground run.Dan juga kotornya bagian dalam engine khususnya bagian compressor dan turbine. Dari kemungkinan kemungkinan diatas dilakukan beberapa tahapan diantaranya melakukan relubrication / melubrikasi ulang pada bagian fan blade. Dan juga melakukan compressor wash / pencucian pada engine dengan menggunakan deterjen khusus dan air. Dari metode dan tahapan tahapan yang dilakukan terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebelum melakuakn metode dan tahapan diatas engine vibration N 1 menyentuh sampai angka 1,7 sedangkan limitasi yang dianjurkan ialah tidak boleh melebihi 1,0 sesuai kebijakan operator masing masing .Hasil dari melakukam metode dan tahapan diatas nilai engine vibration N1 menjadi 0,2. Oleh Karena dapat disimpulkan bahwa engine tersebut dilakukan nya compressor wash dan melakukan relubrikasi pada fan blade . Faktor yang mempengaruhi dari engine vibration pada kasus ini adalah kurangnya lubrikasi pada bagian Fan blade dan kotornya pada bagian N1 engine pesawat. Dari mendapatkannya hasil data nilai engine vibration ini bahwasanya engine perlu di perbaiki untuk mencegah kerusakan yang tambah parah. Karena hasil dari nilai Vibration pada saat Engine ground run tersebut diatas batas yang di anjurkan oleh operator.