D3 Teknik Perawatan Pesawat Udara
Permanent URI for this collectionhttps://repository.polibatam.ac.id/handle/PL029/1774
Browse
Item 3432101015_Karya Ilmiah.pdf(2024-07-01) Pulungan, Muhammad Abdillah; Dzulfiqar, Mohamad Alif; Stefani, WindyBrake system merupakan sistem yang digunakan sebagai pemberhenti pesawat ketika Landing, Reject Takeoff (RTO), dan Parking. Airbus A330-300 CEO pesawat yang dilengkapi dengan 8 (delapan) Main Landing Gear, yang terhitung dengan urutan nomor 1 pada bagian depan LH outboard sampai dengan nomor 8 pada bagian belakang RH outboard, dengan masing-masing Wheel dilengkapi dengan satu komponen lengkap brake. Pada bagian brake di setiap wheel juga dilengkapi dengan brake fan komponen yang berfungsi sebagai cooling terhadap brake pada saat bekerja, gesekkan ketika brake bekerja dapat menyebabkan peningkatan suhu secara cepat, ataupun kerusakan pada komponen lainnya yang disebabkan oleh panas yang berlebihan. Pesawat Airbus A330-300 CEO RP-C3348 yang sedang melakukan maintenance di Batam Aero Technic terdapat finding yang ditunjukkan oleh System Display (SD), yaitu brake fan inoperate pada main wheel 8. Oleh sebab itu, perlu adanya proses identifikasi lebih lanjut terhadap permasalahan tersebut dan dilakukan proses troubleshooting yang mengacu pada Trouble Shooting Manual (TSM), dijelaskan dalam Trouble Shooting Manual (TSM) untuk melakukan penanganan troubleshooting untuk mencari penyebab kerusakan. Metode penelitian yang digunakan melibatkan analisis dokumentasi, wawancara dengan engineer terkait ataupun pihak yang memiliki pengalaman dalam penyelesaian kasus tersebut. Sehingga dapat disimpulkan kerusakan ataupun penyebab brake fan inoperate adalah pada motor yang sudah tidak bekerja lagi, berdasarkan kerusakan tersebut maka akan dilakukan replacement sebagai penanganan. Replacement motor assy dilakukan sebagai penanganan. Setelah dilakukanya replacement maka pada pesawat Airbus A330-300 dilakukanya konfirmasi perbaikan dengan cara mengoperasikan sistem. Tidak adanya indikasi pada system display dan secara visual terlihat normal, maka dinyatakan permasalahan selesai dengan melakukan replacement. Kata kunci: Troubleshooting, airbus A330-300, break fanItem IDENTIFIKASI BLEED TRIP OFF INDICATOR MENYALA PADA PESAWAT BOEING 737 - NEXT GENERATION(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-01) Wahyu Permana, Delvino; Andi Nova, Muhammad; Butar Butar, HendraBleed Trip Off is a condition where the pneumatic system on the engine experiences an increase in temperature or pressure, where the effect of this bleed trip is to close the valve that supplies the pneumatics in the engine system. If the bleed trip light indicator lights up, it is certain that the engine system will not function normally, resulting in the air conditioning system working single pack (pneumatic supplied from one engine only). Therefore, observations are carried out to find out what actions to take if a bleed trip occurs. and what parts have an influence on this happening. The methods used are literature study, observation and consultation with experts in the field. Then troubleshooting efforts were made when this problem occurred, it was found that the Precooler Control Valve (PCCV) failed to supply air into the pneumatic system duct to cool the air because the precooler control valve sensor was damaged or in bad condition. After that, the 390F Sensor is replaced and tested again to ensure the precooler control valve is functioning normally.Item STUDI KASUS BRAKE FAN INOPERATE PADA MAIN LANDING GEAR PESAWAT AIRBUS A330-300 CEO (RP-C3348)(2024-07-01) Pulungan, Muhammad Abdilllah; Mohamad, Alif Dzulfiqar; Stefani, WindyBrake system merupakan sistem yang digunakan sebagai pemberhenti pesawat ketika Landing, Reject Takeoff (RTO), dan Parking. Airbus A330-300 CEO pesawat yang dilengkapi dengan 8 (delapan) Main Landing Gear, yang terhitung dengan urutan nomor 1 pada bagian depan LH outboard sampai dengan nomor 8 pada bagian belakang RH outboard, dengan masing-masing Wheel dilengkapi dengan satu komponen lengkap brake. Pada bagian brake di setiap wheel juga dilengkapi dengan brake fan komponen yang berfungsi sebagai cooling terhadap brake pada saat bekerja, gesekkan ketika brake bekerja dapat menyebabkan peningkatan suhu secara cepat, ataupun kerusakan pada komponen lainnya yang disebabkan oleh panas yang berlebihan. Pesawat Airbus A330-300 CEO RP-C3348 yang sedang melakukan maintenance di Batam Aero Technic terdapat finding yang ditunjukkan oleh System Display (SD), yaitu brake fan inoperate pada main wheel 8. Oleh sebab itu, perlu adanya proses identifikasi lebih lanjut terhadap permasalahan tersebut dan dilakukan proses troubleshooting yang mengacu pada Trouble Shooting Manual (TSM), dijelaskan dalam Trouble Shooting Manual (TSM) untuk melakukan penanganan troubleshooting untuk mencari penyebab kerusakan. Metode penelitian yang digunakan melibatkan analisis dokumentasi, wawancara dengan engineer terkait ataupun pihak yang memiliki pengalaman dalam penyelesaian kasus tersebut. Sehingga dapat disimpulkan kerusakan ataupun penyebab brake fan inoperate adalah pada motor yang sudah tidak bekerja lagi, berdasarkan kerusakan tersebut maka akan dilakukan replacement sebagai penanganan. Replacement motor assy dilakukan sebagai penanganan. Setelah dilakukanya replacement maka pada pesawat Airbus A330-300 dilakukanya konfirmasi perbaikan dengan cara mengoperasikan sistem. Tidak adanya indikasi pada system display dan secara visual terlihat normal, maka dinyatakan permasalahan selesai dengan melakukan replacement. Kata kunci: Troubleshooting, airbus A330-300, break fanItem Studi Kasus Malfunction Parking Brake Do Not Release pada Pesawat Airbus A320 PK-GQR(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-04) Nathan Ragu, Agasah; Siregar, James; Irawan Haddli, BennyAirbus A320 aircraft have a parking brake system that is crucial for keeping the aircraft stationary and safe on the ground, especially during boarding, refueling and maintenance. Malfunctions in this system can cause operational disruptions and jeopardize flight safety. This study aims to identify, analyze and rectify the problem in parking brake malfunction on Airbus A320 PK-GQR aircraft. The research methodology involved applying the Troubleshooting Manual (TSM) after receiving a report from the pilot post-landing. The troubleshooting process was conducted as per the Aircraft Maintenance Manual (AMM) for identification and repair of the problematic component. The results showed that the cause of the malfunction was due to damage to the circuit breaker and the action taken was to reset the Brake Steering Control Unit (BSCU) circuit breaker in accordance with Aircraft Maintenance Manual (AMM) 32-46-00- 740-00, so that the parking brake system returned to normal function.Item Studi Kasus Lampu FAULT Engine Fire Loop 2A lluminate pada Pesawat ATR 72-500 PK-WFQ(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-05) Nathanael, Kevin; Fadilah, Nurul; Dzulfiqar, M. AlifEngine Fire Protection System pada pesawat udara dirancang untuk mendeteksi dan mengatasi fire di bagian engine, yang merupakan ancaman serius. Loops merupakan komponen pada Fire Detection System yang berfungsi untuk mendeteksi fire berdasarkan perubahan resistance dan capacitance yang dipengaruhi oleh suhu dari sensing element. Studi kasus dilakukan pada pesawat ATR 72-500 PK-WFQ milik PT. Batam Aero Technic yang menunjukkan lampu FAULT indicator menyala saat replacement engine, mengindikasikan ada kerusakan pada engine fire detection system. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur maintenance yang perlu dilakukan, serta mencari tahu dampak dari engine fire loops yang chafing dan juga mengetahui latar belakang urgensi terkait Engine Fire Protection System. Metode penelitian yang digunakan melibatkan analisis dokumen, wawancara dengan engineer terkait, dan pengamatan langsung terhadap sistem keamanan pesawat. Data yang diperoleh akan dianalisis secara eksperimental untuk memahami faktor penyebab lampu FAULT Engine Fire Loop 2A illuminate serta langkah-langkah perbaikan yang dapat diimplementasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab menyalanya lampu FAULT disebabkan oleh kerusakan pada fire sensing element akibat dari chafing, prosedur perbaikan melibatkan penggantian fire sensing element yang rusak dan pengujian operasional untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik. Selain itu penelitian ini juga menekankan pentingnya pemeliharaan berkala untuk mencegah terjadinya false warnings, seperti yang terjadi pada pesawat ATR72-600 milik PNG air dengan registrasi P2-ATB rute dari bandara Kiunga Airport menuju ke bandara Mount Hagen-Kagamuga Airport, yang dapat menyebabkan tindakan darurat yang tidak perlu dan menjaga keamanan penerbangan.Item Studi Kasus Kebocoran Fuel di Area Fuel Drains Tank Ejector pada Mesin Pesawat Airbus A330-300 PK-GHC(2024-07-08) Salmahirah, Tsabita; Siregar, James; SutartoAbstrak Kebocoran fuel pada mesin pesawat merupakan masalah serius yang mengancam keselamatan penerbangan dan berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi perusahaan. Kebocoran fuel dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti fastener yang sudah rusak atau kendur, internal sealant yang rusak, o-ring yang rusak, pemasangan komponen yang tidak benar, atau kegagalan sistem. Selain mengurangi efisiensi operasional dan meningkatkan biaya perawatan, kebocoran fuel juga dapat mengakibatkan risiko kebakaran atau ledakan yang dapat mengancam keselamatan penumpang dan awak pesawat. Penelitian ini membahas mengenai kebocoran fuel berupa stain di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC tepatnya di mesin sebelah kanan (engine 2). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kebocoran fuel di area fuel drains tank ejector pada mesin pesawat Airbus A330-300 PK-GHC dan mengevaluasi langkah-langkah perbaikan yang efektif dan melakukan perawatan untuk mengembalikan kondisi pesawat dalam keadaan normal. Metode penelitian menggunakan dokumen manual pesawat dan observasi di lapangan untuk memahami secara komprehensif tentang kebocoran fuel yang terjadi. Setelah dilakukan visual check dan dibongkar ternyata ditemukan masalahnya di connector. Connectornya mengalami damage sehingga menurut AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes maka connector tersebut harus diganti. Setelah itu, dilakukan penggantian berdasarkan Troubleshooting Manual (TSM) task card nomor 71-71-42-000-804-A. Setelah diganti, dilakukan visual check kembali untuk memastikan bahwa kebocoran fuel sudah hilang atau tidak ada lagi. Kata kunci: Kebocoran fuel, engine drains system Abstract Fuel leakage in aircraft engines is a serious problem that threatens flight safety and has the potential to cause economic losses to the company. Fuel leaks can occur due to various factors, such as damaged or loose fasteners, damaged internal sealants, damaged o-rings, improper installation of components, or system failure. In addition to reducing operational efficiency and increasing maintenance costs, fuel leaks can also result in the risk of fire or explosion which can threaten the safety of passengers and crew. This research discusses fuel leakage in stain in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine, precisely on the right engine (engine 2). This research aims to identify the cause of fuel leakage in the fuel drains tank ejector area on the Airbus A330-300 PK-GHC aircraft engine and evaluate effective repair steps and maintenance to restore the aircraft condition to normal. The research method used aircraft manual documents and field observations to comprehensively understand the fuel leakage that occurred. After a visual check and disassembly, it was found that the problem was found in the connector. The connector was damaged so according to AMM (Aircraft Maintenance Manual) 71-71-00-200-802-A- Inspection of Drain Tubes, the connector must be replaced. After that, a replacement was made based on the Troubleshooting Manual (TSM) task card number 71-71-42-000-804-A. After replacement, a visual check is performed again to ensure that the fuel leak is gone or no longer exists. Keywords: Fuel leak, engine drains systemItem High Pressure Bleed valve engine fault on ground, pada pesawat ATR72-500/600 PK-WGK(2024-07-08) Rahman Alif, Kemal; Fadilah, Nurul; Subiyono, GatotSalah satu masalah pesawat ATR72-600 PK-WGK adalah Fault pada HP Bleed valve Engine on ground. Ini adalah sistem yang menyuplai udara bertekanan sesuai dengan suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh putaran engine. Pneumatic system menyediakan Air conditioning, Pressuration, Ventilation, dan De-icing. HP Bleed Valve Fault terjadi ketika tekanan yang dihasilkan tidak cukup untuk menyuplai air pressure. Akibatnya sistem tidak dapat bekerja. Indicator Air Bleed Panel menunjukkan kode kegagalan (failure), dan ketika dilakukan troubleshooting, harus sesuai dengan yang ada di Maintenance Procedure (MP). Jadi, jika ada kegagalan HP Bleed Valve Fault, komponen akan diganti. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan pergantian HP Bleed Valve Fault pesawat ATR 72-500/600 PK-WGK. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara metode eksperimental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara berurut faktor penyebab Fault pada HP Bleed Valve dan diselesaikan dengan prinsip-prinsip troubleshootingItem Studi Kasus Pitot Tube Blockage pada Pesawat Boeing 737-900 PK-LFK(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) Gultom,Chandra; Siregar,James; MulyantoA Pitot tube is a tube that effectively measures the dynamic pressure of the air when an aircraft is moving. However, in practice, Pitot tubes often experience blockages that can lead to measurement errors, potentially resulting in accidents. These blockages are usually caused by dust, dirt, and ice that can clog the inlet of the airflow into the Pitot tube. This study examines the causes of Pitot tube blockages and seeks solutions to address such cases in the Boeing 737-900 aircraft. The background of this research identifies crucial issues related to the occurrence of Pitot tube blockages. The objective of this research is to ensure the functionality of the Pitot tube is restored to normal to maintain safety in flight operations. The research methods include manual inspection of the Pitot tube and checking the heater sensor located in the Pitot tube. Subsequently, the performance is carried out based on the Fault Isolation Manual (FIM), Aircraft Maintenance Manual (AMM), and the steps outlined in the Fault Isolation Manual (FIM) for the Boeing 737-600/700/800/900, as well as the replacement of components if there are any issues according to the guidelines in the Aircraft Maintenance Manual (AMM). The results of the study indicate that the blockage in the Pitot tube was caused by ice formation inside the tube. The ice formation occurred due to the malfunction of the heater sensor within the Pitot tube.Item Studi Kasus Indikator Standby Hydraulic Low Pressure Menyala Pada Pesawat Boeing 737-900ER PK-LSR(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-08) ANSHARI,M.SULTHAN; Rossbandrio,Wowo; Havwini,TianOn Boeing 737-900ER aircraft, there is a hydraulic power system is a system on aircraft that uses liquid pressure (hydraulic) as a medium to drive systems related to other components. Then in the hydraulic system on the Boeing 737-900ER aircraft is divided into 3 systems, namely system A, system B and standby system. During the C-Check Maintenance process, Boeing 737-900ER aircraft with registration number PK-LSR experienced a failure in the hydraulic system, failure of the hydraulic work system would certainly interfere with flight comfort. The trouble that occurs is the turning on of the standby hydraulic pressure indicator. The steps taken in solving this problem are troubleshooting and discussing with Engineers and Mechanics. After troubleshooting, the Electric Motor Driven Pump (EMDP) on the standby hydraulic system is problematic or damaged, the solution to this problem is to replace components that refer to manual maintenance. The discovery of this case study was first discovered by the author when conducting On Job Training at MRO Batam Aero Technic Company.Item STUDI KASUS PENYEBAB RIGHT ENGINE TAILPIPE FIRE ON GROUND PADA PESAWAT BOEING 737-900ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-09) Fauzan, Rahmat; Putra, Lalu Giat JuangsaTailpipe fire merupakan kejadian apapun yang menyebabkan asap atau api yang terlihat di bagian exhaust engine yang terjadi pada saat engine pesawat sedang beroperasi. Permasalahan pada pesawat Boeing 737-900ER saat engine kanan melakukan start. Untuk metode yang digunakan pada tugas akhir ini menggunakan metode kualitatif yaitu mengidentifikasi masalah dengan motode studi literatur, wawancara, dan troubleshooting. Tujuan mengambil kasus penyebab tailpipe fire adalah untuk mengetahui penyebab dengan cara mengidentifikasi masalah serta mencari tahu permasalahan apa yang sering menjadi penyebab masalash tersebut. Hasil dari penelitian tentang permasalah tailpipe fire pada pesawat adalah terdapat permasalahan pada empat komponen fuel nozzle yang berada dekat dengan ignition. Dari permasalahan tersebut maka dilakukan proses penanganan permasalahan yang mengacu pada FIM untuk mengetahui possible cause apa saja yang dapat menyebabkan kasus tersebut bisa terjadi, melakukan fuel manifold & fuel nozzle leak check, removal & installation fuel nozzle, terakhir melakukan Idle-Power Leak Check sebagai acuan apakah fuel nozzle sudah bekerja secara baik dan fungsional.Item STUDY KASUS PENYEBAB ENGINE BLEED TRIP OFF LIGHT ILLUMINATE PADA BOEING 737-800/900ER(2024-07-09) AJI, MUHAMMAD; GIAT, LALUPesawat Boeing 737-800/900ER adalah salah satu Pesawat komersil yang banyak digunakan oleh maskapai di dunia dengan berbagai sistem dan teknologi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penerbangan. Salah satu sistem penting dari Pesawat ini adalah Engine Bleed System yang berfungsi untuk memasok udara bertekanan ke user systems seperti Engine Start Systems, Air Conditioning And Pressurization Systems, Engine Inlet cowl Anti-ice Systems, Water Tank Pressurization System, Inlet Gas System, dan Hydraulic Reservoir Pressurization System. Latar belakang penelitian ini dikarenakan adanya kegagalan sistem dalam Engine Bleed yang menyebabkan Engine Bleed Trip Off Light Illuminate sehingga membuat tidak adanya udara bertekanan yang masuk ke pneumatic manifold untuk user systems yang dapat mengakibatkan pesawat kembali ke bandara asal sebelum ke bandara tujuan (Return to Base) saat terbang dan tujuan tugas akhir ini untuk menganalisis kegagalan pada sistem Engine Bleed pada pesawat Boeing 737-800/900ER yang mengakibatkan Engine Bleed Trip Off Light Illuminate. Data dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab Engine Bleed Trip Off Light Illuminate. Pengumpulan data didapatkan dari server maintenance record (e-mro) PT. Batam Aero Technic dan metode observasi langsung dengan terlibat secara langsung dalam proses trouble shooting, diskusi di lapangan dan pergantian komponen. Tindakan pencegahan dilakukan dengan menjalankan pengerjaan Work Order sesuai dengan Maintenance Program sebagai usaha mendeteksi awal tanda-tanda kerusakan pada sistem.Item STUDI KASUS FAULT AMBER LIGHT MENYALA PADA SISTEM PROPELLER ANTI ICING PESAWAT ATR72500/600(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-10) WIJAYA, AGUNG SUKMANA; ROSSBANDRIO, WOWO; HAKIM, RAHMANPesawat udara ATR 72 (500/600series) dilengkapi dengan sistem propeller anti icing yang terdapat pada semua blade propeller baik di engine 1 maupun engine 2, sistem ini bertujuan untuk melindungi area blade propeller dari pembentukan dan penumpukkan es yang terjadi ketika pesawat sedang mengudara. Seperti yang diketahui bahwa propeller berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong atau thrust, maka jika terbentuk formasi es pada blade propeller maka akan mengurangi thrust yang dihasilkan oleh engine, hal ini tentu saja menganggu bahkan membahayakan penerbangan. Oleh karena itu jika terjadi masalah pada sistem ini perlu dilakukan troubleshoot berdasarkan manual resmi pesawat terbang yakni AMM (Aircraft Maintenance Manual) dan AFI (Aircraft Fault Isolation) untuk menemukan penyebab dan cara mengatasinya karena sistem ini menjadi sangat penting dan harus selalu bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya fault amber light menyala pada sistem propeller anti icing pada pesawat udara ATR 72-600 dengan melakukan troubleshoot dan mengacu pada manual resmi pada pesawat terbang yakni AMM (Aircraft Maintenance Manual). Diketahui jika indikasi lampu fault amber menyala maka terjadi kegagalan pada kelistikan di sistem propeller anti icing. Hal yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahan fault amber light menyala yakni dengan melakukan penggantian komponen pada sistem propeller anti icing berupa brush blocks. Selanjutnya setelah melakukan pergantian komponen, dan dilakukan pengetesan, fault amber light tidak lagi menyala, dan propeller anti icing dapat beroperasi dengan normal sebagaimana mestinya.Item Studi Kasus Terjadinya Interlayer Degradation Windshield No. 1 R/H pada Pesawat Boeing 737-900ER(POLITEKNIK NEGERI BATAM, 2024-07-10) Br. Purba, Nadira Seftiani; Rafia Dija, Nur; Subiyono, GatotThe Boeing 737-900ER is the latest variant of the Boeing 737 airplane equipped with a windshield that allows the pilot to observe the outside environment with some visibility. During the C-check maintenance process, a crack was detected on the No. 1 R/H windshield. The visual inspection identified this crack as interlayer degradation. The objective of this study is to determine the cause of the interlayer degradation and make appropriate repairs. The methodology used includes interviews with engineers and mechanics, and a literature review to gather relevant information and data. The results showed that the interlayer degradation was caused by overheating of the windshield, which caused the resistance to exceed the normal limit of 31.4-35.1 ohms. As a corrective measure, the damaged windshield was replaced. The resistance measurement of the windshield heater after the component replacement showed a value of 31.9 ohms, which corresponds to the normal limit of resistance for the heat sensor on the windshield.Item Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD(2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; SutartoAbstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.Item Studi Kasus Kerusakan Pada Bonding Lead Wing Tank Pesawat Airbus A320 PK-SJD(2024-07-10) Syarif, Muhammad; Fadilah, Nurul; SutartoAbstrak Pesawat Airbus A320 PK-SJD mengalami kerusakan Bonding Lead pada L/H Wing Tank . Bonding Lead berfungsi menyamakan beda potensial, meminimalkan risiko percikan diakibatkan oleh Listrik Statis. Bonding Lead juga bisa meminimalisir Radio Frequency Interference (RFI). Menurut Maintenance Defect & Rectification Report (MDRR), tercatat sebanyak 13 dari 151 Bonding Lead pada L/H Wing Tank mengalami kerusakan. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan sebab akibat kerusakan pada Bonding Lead serta hasil observasi dan langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah kerusakan pada Bonding Lead di L/H wing tank pesawat Airbus A320 PK-SJD. Penelitian ini menggunakan metode troubleshooting sesuai dengan Aircraft Maintenance Manual Airbus A320 PK SJD dengan melakukan pergantian Bonding Lead. Komponen tersebut mengalami pengurangan daya tahan dikarenakan letak komponen tersebut pada Wing Tank. Sehingga, mengalami kerusakan dengan sendirinya. Efek jangka panjang jika tidak diselesaikan, memungkinkan insiden yang buruk terjadi. Penyebab yang dapat menyebabkan terjadi nya kerusakan pada Bonding Lead terindikasi terjadinya korosi pada komponen tersebut kemungkinan pertama disebabkan adanya air atau uap air di dalam wing tank sehingga terjadinya oksidasi. Yang kedua, kemungkinan terjadi nya perbedaan material diantara end fitting dengan kabel sehingga terjadi nya galvanic corrosion. Permasalahan tersebut mendapat langkah yang tepat sesuai dengan AMM yaitu melakukan pergantian komponen yang serviceable. Setelah melakukan pemasangan, komponen Bonding Lead diperlukan pengujian sesuai dengan AMM dengan jumlah maksimal 10 milliohm. diketahui hasil pengukuran yang didapati dengan jumlah rata rata 8 milliohm. maka dapat disimpulkan komponen Bonding Lead serviceable atau layak di pakai pada pesawat.Item STUDI KASUS PENYEBAB AIR CONDITIONING TIDAK DINGIN SAAT KONDISI ON GROUND PADA PESAWAT ATR 72-500(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-10) Ramadhan, Dikri Syahri; Wiratno, Sapto; Nanda, VeryawanPaper ini menganalisa jenis kegagalan pada sistem atau komponen yang menyebabkan terjadinya sistem Air Conditioning yang tidak dingin saat kondisi on ground terjadi pada Pesawat ATR 72-500 yang dioperasikan oleh PT. Pelita Air Service. Data dari jobcard pada bulan November 2022 sampai dengan Januari 2023 ditemukan 3 kerusakan air condititoning lebih tepat nya pada shutoff valve turbofan yang menyebabkan lampu indikasi fault menyala, pada 3 pesawat berbeda dengan yaitu PK-PAT,PK-PAM dan PK-PAH. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan beberapa manual Sebagai panduan untuk mencari referensi penyebab atau possible case dan terhadap penanganannya. Pada studi kasus kali ini dilakukan observasi pada pesawat PK-PAT yang AC-nya pada saat on ground tidak dingin penulis melakukan trouble shooting dengan mencari indikasi awal yang ada di kokpit instrumen yaitu nyalanya FAULT light PACK VALVE I di overhead panel dan melakukan tes lainnya pada MCDU (multifunction display unit) menemukan referensi lainnya yang diinformasikan oleh MFC (multifunction computer) lalu pilih menu maintenance dari hasil analisa PACK VALVE I FAULT disebabkan oleh kegagalan eksternal sistem pada ground cooling fan, singkatnya ground cooling fan adalah komponen utama yang suplai air intake pada sistem AC ketika pesawat on ground. Oleh karena itu dilakukanlah pengecekan pada ground cooling fan pemasangan ulang sesuai manual hingga pergerakan komponen ground cooling fan untuk mencari penyebabnya. Setelah itu dilakukan operasional test untuk memastikan bahwa masalah telah teratasi dan ground cooling fan kembali bekerja secara normal.Item Studi Kasus Vibration Fanblade pada Engine CFM56-7B Pesawat B737-800NG PK-BGO(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Syaefudin, Daril; Dzulfiqar, Alif Mohamad; MoeljantoGas turbine engine CFM56-7B memiliki rotasi fan-blade yang sangat tinggi, sehingga mampu menghasilkan thrust yang besar pada pesawat. Namun, semakin tinggi putaran yang dihasilkan, risiko vibrasi juga semakin besar. Vibrasi pada engine pesawat adalah hal yang wajar, tetapi tetap ada batas toleransi vibrasi yang ditetapkan, yaitu sebesar 1,5 mils. [3] Vibrasi yang terjadi tidak dapat dihindari namun dapat ditangani sesuai prosedur yang ada di manual saat pesawat sedang cruising atau mengudara. Vibrasi berlebih pada mesin ini terdeteksi oleh Engine Indicating and Crew Alerting System (EICAS) yang terhubung dengan airborne vibration monitoring (AVM). Data yang terkumpul digunakan untuk menentukan apakah perlu dilakukan perawatan atau tidak. Hasil AVM menunjukkan batas vibrasi sebesar 3,5 sehingga menyebabkan vibrasi sangat tinggi. Untuk mengembalikan kondisi engine ke keadaan normal, dilakukan penanganan dengan fan lubrication.[3] Saat fan lubrication dilakukan, ditemukan beberapa platform yang mengalami kerusakan akibat vibrasi berlebih, sehingga komponen mesin rusak dan perlu diganti. Penggantian platform pada bagian fan major module engine dilakukan sesuai prosedur yang tercantum pada task card dan Aircraft Maintenance Manual (AMM).[1]Item ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN PARKING BRAKE SYSTEM PADA PESAWAT A320(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Samudra, Muhammad Gilang; Nova, Muhammad AndiSebuah sistem yang sangat penting untuk menjaga keselamatan dan keamanan pesawat terbang adalah sistem hidrolik, khususnya pada brake system. Pada landing gear system terdapat brake system yang harus beroperasi dengan baik dan dapat diandalkan ketika pesawat beroperasi di darat (landing). Terdapat indikasi trouble pada Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) yang menunjukkan bahwa parking brake tidak bisa beroperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang menyebabkan kegagalan pada parking brake system dan untuk mengetahui jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir serta menganalisis penyebab kegagalan yang paling banyak terjadi pada parking brake system pesawat A320. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode FTA (Fault Tree Analysis). Data-data penelitian didapatkan berdasarkan observasi dilapangan, data-data dokumentasi, wawancara, dan jurnal-jurnal. Analisis masalah dalam penelitian ini menggunakan referensi dari Troubleshooting Manual (TSM) dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pesawat yang sering mengalami kegagalan pada parking brake system selama 4 tahun terakhir adalah 10 pesawat dan faktor penyebab terjadinya kegagalan parking brake system pada pesawat A320 yang paling banyak terjadi yaitu karena adanya kerusakan komponen control switch parking brake sehingga terdapat indikasi trouble pada Electrical Centralized Aircraft Monitoring (ECAM). Untuk penanggulangannya yaitu dengan cara melakukan perawatan pesawat secara rutin dan terjadwal untuk mengurangi resiko kerusakan pada peralatan dan sistem pada pesawat serta dapat menjaga kondisi peralatan pesawat selalu dalam keadaan aman dan dapat berfungsi dengan baik.Item Troubleshooting Of Weather Radar System pada Pesawat Boeing 737-900 ER(Politeknik Negeri Batam, 2024-07-11) Caucin, Maria; Fadilah, Nurul; Giat, LaluSystem Weather Radar (WXR) menyediakan indikasi visual weather condition, windshear events, land contours. WXR beroperasi dengan prinsip yang sama seperti echo. System WXR mentransmisikan radio frequency (RF) pulses dalam area 120 derajat atau 180 derajat ke depan pesawat, tergantung pada mode yang dipilih dan ditampilkan pada navigation display (ND). Objek memantulkan pulses kembali ke penerima. Penerima memproses sinyal yang dikembalikan untuk menunjukkan cuaca , ground mapping ,windshear events. Tujuan dari penelitian ini antara lain mengetahui fungsi yang terdapat pada system WXR dan langkah-langkah troubleshooting pada system tersebut. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, observasi langsung, wawancara dengan engineer terkait, dan Tracing Aircraft Manual, Aircraft Maintenance Manual (AMM), Fault Isolation Manual (FIM) dan Illustrated Part Catalog (IPC). Trouble dicatat di buku AFML lalu ditransfer ke DMI No 009951 oleh engineer pada pesawat PK-LFO. Cara mengatasi troubleshooting dalam system WXR dimulai dengan melakukan self-test. Jika self-test menemukan kegagalan, langkah selanjutnya adalah melakukan Built-in test equipment (BITE). Menurut FIM ada beberapa hal yang menjadi penyebab masalah WXR fail adalah R/T dan waveguide assembly. Pada saat inspect waveguide assembly tidak ditemukan kerusakan. Oleh karena itu, R/T problem dan diperbaiki dengan mengganti R/T. Setelah penggantian, lakukan self-test kembali. Jika tampilan menunjukkan "TEST COMPLETE", itu berarti system sudah berfungsi kembali dan siap digunakan.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »